Sukses

Penurunan Harga Minyak Dunia Tak Berdampak Positif ke Pertamina

Meskipun harga minyak di bawah dari yang kami rencanakan tapi permintaan Pertamina turun.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati angkat suara mengenai permintaan sejumlah pihak terkait penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di tengah anjloknya harga minyak dunia. Dia berharap Kementerian ESDM mengambil keputusan tepat terkait penurunan harga BBM dengan mempertimbangkan kondisi saat ini.

"Mengenai harga BBM kami juga melakukan komunikasi dengan Kementerian ESDM. Mudah-mudahan pemerintah segara mengambil keputusan yang tepat untuk saat ini," ujar Nicke saat melakukan Rapat Dengar Pendapat secara virtual bersama DPR di Jakarta, Selasa (21/4/2020).

Nicke mengatakan, kondisi penurunan harga minyak dunia saat ini tak lantas membawa dampak positif bagi Pertamina. Sebab, penurunan harga diikuti oleh penurunan permintaan atau demand dari masyarakat.

"Meskipun harga minyak di bawah dari yang kami rencanakan tapi demand Pertamina turun. Mungkin sebagian orang berpikir ICP nya turun HPP Pertamina bisa turun nih, profitnya banyak. Masalahnya ini harga lagi murah tapi tidak ada demand," jelasnya.

Dia menambahkan, penurunan harga minyak dunia yang turun hingga mencapai harga terendah juga tak membawa angin segar. Hal tersebut karena disusul oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang melewati rencana kerja Pertamina awal tahun lalu.

"Sudah kita menjual produk tapi tidak ada yang beli ditambah lagi kurs rupiah terhadap dolar AS. Sehingga bagi kami dampaknya tidak positif dalam kondisi saat ini," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Minyak AS Negatif USD 37,63 per Barel, Terendah dalam Sejarah

Untuk diketahui, sejarah baru di sektor minyak dan gas (migas). Kontrak berjangka untuk harga minyak mentah Amerika Serikat (AS)turun lebih dari 100 persen dan berubah negatif untuk pertama kalinya dalam sejarah pada perdagangan Senin. Hal ini menunjukkan seberapa turunnya permintaan minyak dunia akibat dari pandemi Corona.

Namun para pedagang mengingatkan bahwa runtuhnya harga minyak ke level negatif ini tidak mencerminkan kenyataan sebenarnya di pasar minyak. Harga kontrak berjangka yang turun hingga negatif ini untuk pengiriman Mei yang kontraknya akan berakhir pada perdagangan Selasa. Sedangkan untuk kontrak bulan berikutnya masih diperdagangkan di atas USD 20 per barel.

Mengutip CNBC, Selasa (21/4/2020), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei turun lebih dari 100 persen menjadi menetap di negatif USD 37,63 per barel, yang berarti produsen akan membayar pedagang untuk mengambil minyak dari tangan mereka.

Harga negatif ini belum pernah terjadi sebelumnya untuk kontrak berjangka. Kontrak berjanhka minyak WTI untuk pengiriman Juni, yang berakhir pada 19 Mei, turun sekitar 18 persen menjadi USD 20,43 per barel. Kontrak ini, yang lebih aktif diperdagangkan, merupakan cerminan yang lebih baik dari kenyataan di pasar minyak.

Untuk kontrak Juli turun 11 persen ke level USD 26,18 per barel.

Sedangkan patokan internasional, minyak mentah Brent, yang telah bergulir ke kontrak Juni, harganya turun 8,9 persen ke level USD 25,57 per barel.

Harga minyak untuk kontak Mei jatuh dalam karena pengiriman banyak dibekukan akibat lockdown sebagai dampak dari pengendalian virus Corona.

Satu-satunya pembeli minyak berjangka untuk kontrak itu adalah entitas yang ingin secara fisik menerima pengiriman minyak seperti kilang atau maskapai penerbangan. Tetapi permintaan telah turun dan tangki penyimpanan diisi, sehingga mereka tidak membutuhkannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.