Sukses

RNI Impor 50 Ton Gula, Masuk Pasaran Awal Mei 2020

RNI mengantisipasi kebijakan pembatasan pergerakan secara besar-besaran atau lockdown di beberapa negara asal impor gula.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Eko Taufik Wibowo mengatakan, RNI akan mengimpor sebanyak 50 ribu ton gula kristal putih (GKP) pada akhir April 2020. Impor ini telah mendapat izin dari Kementerian Perdagangan pada 7 April 2020.

"SPI (Surat Perizinan Impor) dari Kementerian Perdagangan dikeluarkan pada 7 April 2020. Proses lelang minggu kedua sampai ketiga. Proses impor April minggu keempat. Proses distribusi Mei minggu pertama," ujar Eko melalui rapat virtual dengan DPR di Jakarta, Senin (20/4/2020).

Eko mengatakan, RNI mengantisipasi kebijakan pembatasan pergerakan secara besar-besaran atau lockdown di beberapa negara asal impor gula. Untuk itu, perusahaan pelat merah tersebut memetakan empat negara mitra yang dimungkinkan bisa mengimpor gula.

"Sama seperti yang disampaikan Pak Buwas (Dirut Bulog) kami wanti-wanti karena beberapa sumber yang akan memasok ini terkena lockdown terutama India. Perusahaan telah mempersiapkan empat opsi negara asal yaitu Brazilm Thailand, Australia dan India," jelasnya,

Dia menambahkan, RNI terus mengantisipasi kenaikan harga gula jelang Ramadan. Selain itu, persoalan impor komoditas pangan tersebut juga dihadapkan dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus berfluktuasi.

"Lalu gula diwanti-wanti dan ada kecenderungan ketidakstabilan suplai dan kurs yang sedikit merepotkan kami dan akan memperlambat proses lelang. Tetapi memasuki Lebaran, Ramadan pasar bisa kami penuhi," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cerita Dirut Bulog Sulitnya Urus Izin Impor Gula

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso atau yang akrab disapa Buwas mengatakan bahwa pihaknya mengalami kesulitan dalam menghadapi birokrasi terkait permintaan impor bahan pangan gula untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik.

Padahal sejak November 2019 Perum Bulog telah memprediksi akan terjadi kelangkaan gula yang merupakan bahan pangan utama nasional. Hal ini dikarenakan pabrik gula PT Gendhis Multi Manis (GMM) sudah berhenti melakukan proses penggilingan tebu sehingga harus segera dilakukan impor raw sugar untuk mencukupi stok gula nasional.

"Tapi akhir Maret (2020) baru bisa terealisasikan. Karena begitu sulitnya birokrasi yang kami tempuh," kata Buwas saat menggelar rapat dengar bersama Komisi V DPR RI, pada Kamis 9 April 2020.

Menurutnya hal tersebut berdampak dengan melonjaknya harga jual gula pada Februari 2020. Bahkan ketika harga gula dipasaran masih tinggi Perum Bulog pada akhir Maret 2020 kemudian memaksa untuk segera dilakukannya impor gula kristal putih (GKP) sebesar 20 ton.

Namun, pihaknya mengklaim kembali menemui hambatan saat berurusan dengan proses birokrasi sehingga tersendatnya kegiatan distribusi gula.

Dalam pemaparannya Buwas juga menampik tudingan Perum Bulog tidak siap dalam mengamankan stok gula nasional, karena untuk mengajukan impor pangan diharuskan melalui rapat koordinasi terbatas (rakortas) yang dinilai menjadi hambatan bagi percepatan impor pangan, termasuk gula.

"Prediksi kami sudah pasti, prediksi kami bukan sekadar kira-kira," tegas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.