Sukses

Lockdown Bikin Harga Kopi Dunia Melambung

Harga kopi naik setelah beberapa bulan lalu bergejolak, hingga sempat mencapai level terendah 2020 sekitar 97 sen per pon pada 5 Februari.

Liputan6.com, Jakarta Harga kopi dunia naik sepanjang sebulan terakhir. Pemicunya, aturan lockdown di banyak negara memicu masyarakat memborong kopi untuk dikonsumsi di rumah.

Melansir laman CNBC, Jumat (17/4/2020), harga kopi Arabika berjangka di benchmark New York untuk pengiriman Mei naik 15 persen dibandingkan bulan lalu, yang diperdagangkan sekitar USD 1,20 per pon.

Kontrak berjangka merupakan perjanjian untuk membeli atau menjual produk- dalam hal ini kopi - untuk harga yang ditentukan pada titik tertentu di masa depan. Ini menunjukkan apa yang orang harapkan dari harga kopi di masa depan.

Harga kopi naik setelah beberapa bulan lalu bergejolak, hingga sempat mencapai level terendah 2020 sekitar 97 sen per pon pada 5 Februari. Anjloknya harga dipicu fluktuatif pasar saham yang mencerminkan adanya kepanikan yang meluas akibat Virus Corona.

Namun harga kopi kemudian bangkit kembali. Pada 25 Maret, harga kopi berjangka mencapai USD 1,29, melonjak 30 persen dari titik terendah Februari.

Pembelian Melonjak

"Permintaan konsumen yang bertambah di tengah pandemi coronavirus mendorong harga komoditas ini," ujar Maximillian Copestake dan Steve Pollard dari Broker Marex Spectron.

Copestake, yang juga merupakan Direktur Eksekutif Penjualan Kopi Eropa, mengatakan saat komoditas lain, seperti logam atau minyak mengalami penurunan permintaan, kondisi ini itu tidak terjadi dengan kopi.

"Baru saja terjadi peralihan bentuk konsumsi kopi, dari di luar rumah ke di dalam rumah," jelas dia.

Meski dia mengaku, pedagang kopi seperti kedai kopi, bar dan restoran maupun pemasoknya dipastikan mengalami pukulan telak dari kondisi ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Usai Lockdown

Sementara di sisi lain, penjualan kopi melalui supermarket mengalami lonjakan permintaan."Orang-orang mengisi lemari pasokan makananya jadi mereka akan terus keluar dan membeli," lanjut Copestake.Di sisi lain, lockdown ikut mempengaruhi proses pengiriman kopi ke konsumen. Meski pada akhirnya produk tersebut tetap dapat dikirimkan ke pasar.

"Karena kopi adalah bahan makanan, bahkan jika suatu negara terkunci, orang-orang yang bekerja dalam rantai pasokan dianggap sebagai pekerja penting," katanya.

Perihal prospek harga di kemudian hari saat lockdown dan virus berakhir, Copestake dan Pollard mengaku hal itu masih masih belum jelas.

"Apakah saat konsumsi turun ketika orang-orang tidak lagi pergi ke Starbucks atau tidak keluar untuk makan dan minum kopi, akan dikompensasi dengan peningkatan setara dalam konsumsi di rumah, kita tidak tahu," kata mereka.

Namun dia memastikan jika pada titik tertentu, konsumen akan mulai menurunkan stok di rumah dan tidak keluar untuk membeli di supermarket.

"Kami berpikir kemungkinan akan terjadi pada tahun 2020/2021 - sehingga permintaan tambahan yang kami lihat saat ini mungkin akan turun kembali dari pasar tahun depan," dia menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini