Sukses

10 Proyek Keluar dari Daftar Proyek Strategis Nasional, Apa Saja?

Saat ini juga terdapat ratusan usulan proyek baru yang masuk ke meja pemerintah.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Ekonomi) Airlangga Hartarto dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan bersama sejumlah menteri mengevaluasi pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam Rapat Koordinasi Finalisasi Usulan PSN, Rabu (15/4/2020). 
 
Menurut Airlangga, berdasarkan evaluasi pelaksaan PSN, terdapat 9 PSN dan 1 program yang penyelesaiannya melebihi tahun 2024 sehingga dikeluarkan dari daftar PSN. Adapun, saat ini juga terdapat ratusan usulan proyek baru yang masuk ke meja pemerintah. 
 
 
"Saat ini, sudah ada 232 usulan proyek baru, 84 proyek dari 5 Kementerian, 123 proyek dari 13 Pemda, 17 proyek dari 4 BUMN/BUMD, 8 proyek dari swasta," ujar Airlangga dalam pernyataan resmi, Kamis (16/5/2020). 
 
Lanjut Airlangga, hingga 31 Desember 2019, sebanyak 88 persen PSN telah melewati tahap persiapan termasuk program ketenagalistrikan 35 ribu MW dan program kebijakan pemerataan ekonomi. Sementara 12 persen proyek masih dalam tahap penyiapan, termasuk program industri pesawat. 
 
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto menyatakan, terdapat 9 usulan proyek lain yang telah dievaluasi untuk memastikan investor yang berinvestasi di proyek tersebut memiliki kemampuan finansial dan eksekusi proyek dan bisa selesai sebelum 2024.
 
Adapun 9 proyek tersebut terdiri dari 6 proyek terkait smelter, 1 proyek pengolahan batu bara menjadi methanol di Kalimantan Timur, proyek Kawasan Industri Methanol, dan pembangunan jalur tol Kediri-Tulungagung.
 
 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Usulan PSN

Terkait usulan PSN, ada beberapa gagasan yang masuk dan sedang dipertimbangkan. 
 
"Usulan pertama adalah Kawasan Industri Pulau Obi. Jumlah tenaga kerja asal Indonesia sebesar 1.978 orang. Saat ini telah memiliki desain smelter RKEF tahap 2 dengan estimasi investasi sekitar USD 800 juta," papar Seto. 
 
Sebelumnya, dalam kawasan ini telah terdapat Smelter RKEF tahap 1 yang telah beroperasi sejak tahun 2016. Seto menyatakan bahwa investor mayoritas pada proyek ini berasal dari investor domestik yaitu Grup Harita.
 
“Namun pembangunan yang signifikan adalah Smelter HPAL (High Pressure Acid Leaching), pembangunan sudah hampir selesai, diperkirakan kwartal ketiga 2020 akan beroperasi. Produk smelter ini adalah MHP (bahan Katoda Lithium Battery), nikel Sulfat, dan Kobalt Sulfat. Nilai investasi smelter ini diperkirakan sekitar USD 1 miliar," terangnya.
 
Kemudian untuk usulan kedua adalah untuk Weda Bay Industrial Park. Harusnya jika tidak ada permasalahan Covid 19, peresmian operasi untuk smelter dilakukan pada April 2020. 
 
"Rencana total investasi tahun ini sekitar USD 4-5 miliar. Pangsa ekspornya dari tahap 1 sudah cukup signifikan yaitu pada 2024 diperkirakan mencapai USD 2 miliar. Jika pada tahun tersebut telah fully invested, kami perkirakan nilainya bisa jauh lebih besar tambahnya," jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.