Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat penurunan cadangan devisa akibat wabah virus Corona. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2020 sebesar USD 121 miliar.
Meski turun, cadangan devisa tersebut dianggap cukup untuk membiayai 7 bulan impor dan stabilisasi nilai tukar rupiah.
Baca Juga
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam video konferensi, Selasa (7/4/2020) mengungkapkan, meski cadangan devisa lebih dari cukup, BI sudah memiliki cadangan lain yang disebut second line of defense guna menjaga nilai tukar rupiah.
Advertisement
Perry menyebutkan, bilateral swap sebagai cara untuk memperkuat cadangan devisa. Menurutnya, bilateral swap antara BI dengan beberapa bank sentral negara sahabat sebagai second line of defense.
"Bilateral swap dengan dengan China sebesar USD 30 milyar. Selain itu juga dengan Jepang sebesar USD 22 ,76 miliar, Singapura USD 7 miliar, dan Korea Selatan sebesar USD 10 miliar," kata Gubernur BI.
Â
* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Bentuk Kerjasama
Sebelumnya, Perry mengatakan ada dua bentuk kerja sama dengan bank sentral negara sahabat, yaitu bilateral swap lines dan repurchased agreement atau Repo Lines.
"Kerja sama dengan Federal Reserve (The Fed) bentuknya Repo Lines, ini untuk kebutuhan likuiditas dolar AS jika diperlukan," kata Perry.
Menurutnya, kerja sama BI dengan The Fed merupakan Vote of Confident. Sebab, The Fed menilai Indonesia memiliki prospek ekonomi yang bagus. Indonesia, lanjutnya, salah satu dari sedikit negara emerging markets yang mendapat The Fed Repo Lines.
Advertisement
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Advertisement