Sukses

Ekonomi China Diprediksi Tak Tumbuh di 2020

Seorang ekonom dari pemerintah China, menyebut bahwa dalam skenario terburuk, ekonomi negeri tirai bambu tersebut mungkin tidak tumbuh sama sekali.

Liputan6.com, Jakarta - Perekonomian China mulai menunjukkan beberapa tanda pemulihan, setelah mengalami kehancuran akibat pandemi Corona. Namun, jalan terjal masih menghantui perbaikan ekonomi China akibat ketidakpastian ekonomi global yang membuka ruang lebar terjadinya skenario menakutkan, dimana pertumbuhan ekonomi negara China bisa sepenuhnya dihapuskan atau tidak tumbuh di tahun 2020.

Seperti dilansir CNN, Jumat (3/4/2020), seorang ekonom dari pemerintah China, menyebut bahwa dalam skenario terburuk, ekonomi negeri tirai bambu tersebut mungkin tidak tumbuh sama sekali. Hal ini sesuai dengan prediksi Bank dunia yang memprediksi kinerja ekonomi China di tahun ini menjadi yang terlemah selama 44 tahun berlalu, bahkan lebih buruk dari resesi global di tahun 2008.

Bahkan seorang pejabat China bernama Ma jun, yang telah menetapkan target PDB negaranya sejak tahun 1985, mengatakan pihaknya sangat berhati-hati dalam membuat prediksi ekonomi 2020 ditengah ancaman virus corona.

"Sulit untuk mewujudkan pertumbuhan antara 4 hingga 5 persen. Banyak orang telah memperkirakan pertumbuhan merosot hingga hanya 1 persen, semua mungkin terjadi," kata Ma Jun.

Menurutnya justru target pertumbuhan ekonomi yang "tidak realistis", bisa mendorong pemerintah China untuk menghabiskan banyak dana pada kebijakan investasi infrastruktur, memperkecil pengangguran atau meningkatkan penghidupan masyarakat dalam jangka pendek, yang justru mengundang petaka.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Turunkan Target

Pasalnya baru saja kabinet China menggelontorkan anggran hingga lebih dari 3 triliun yuan atau senilai USD 423 miliar, sebagai sumbangan ekstra untuk usaha kecil.

Padahal, bank sentral setempat diketahui telah menyuntikkan likuiditas atau mengalokasikan pinjaman tambahan senilai lebih dari 1,65 triliun yuan atau USD 232 miliar, yang diiringi dengan kebijakan pemerintah mengalikan setidaknya 116,9 miliar yuan atau USD 16,4 miliar dalam bantuan keuangan dan stimulus yang ditujukan untuk memerangi virus corona yang dinilai tidak efektif.

Untuk itu, pemerintah diharapkan segera menurunkan target pertumbuhan ekonomi China di tahun 2020, secara signifikan untuk mengembalikan promosi, pengentasan kemiskinan dan pasar tenaga kerja secara nyata.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini