Sukses

Harga Bawang Merah di Pasar Tradisional Lebih Mahal dari Ayam

Kenaikan harga bawang merah mulai berangsur naik sejak satu minggu terakhir.

Liputan6.com, Jakarta Harga bawang merah naik mencapai 100 persen per kilogram (Kg). Hal ini diakibatkan berkurangnya pasokan bawang merah yang berasal dari berbagai daerah di provinsi Jawa Tengah.

Kenaikan harga pun dikeluhkan sejumlah pedagang di pasar tradisional Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.

"Harga bawang merah naik tinggi, mas. Biasanya Rp 25.000 per kilonya, sekarang sampai Rp 45.000," keluh Ibu Am, penjual bumbu dapur kepada Merdeka.com, Jumat (3/4/2020).

Menurutnya, kenaikan harga bawang merah mulai berangsur naik sejak satu minggu terakhir. Imbasnya berkurangnya minat konsumen untuk membeli bawang merah yang merupakan bahan utama untuk berbagai jenis masakan.

"Sekarang jauh berkurang, yang beli pada dikurangi jumlahnya," keluh wanita paruh baya tersebut.

Bahkan, dirinya berujar bahwa harga jual bawang merah, kini mengalahkan daging ayam potong yang hanya di banderol Rp 28.000 per kilogram.

Bu Am kemudian berharap pemerintah maupun dinas terkait untuk segera mencari solusi, guna mengatasi kelangkaan stok bawang merah menjelang bulan Ramadan.

"Supaya harga kembali normal, kan mau puasa juga," tandasnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Operasi Pasar

Sementara itu, Maeni yang merupakan seorang ibu rumah tangga mengaku keberatan dengan lonjakan harga bawang merah yang telah mencapai Rp 45.000 per kilogramnya.

"Karena bawang merah kan bumbu dapur wajib. Tapi naiknya drastis," sahutnya.

Maeni kemudian memilih untuk mengurangi pembelian bawang merah, demi menghemat anggaran belanja bulanannya. "Biasa beli dua kilogram, sekarang setengahnya," imbuh wanita muda tersebut.

Oleh karena itu, dia berharap pemerintah segera melakukan operasi pasar, untuk menekan harga jual bawang merah karena dinilai telah membebani masyarakat selaku konsumen.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat inflasi pada minggu keempat Maret 2020 0,13 persen. Angka ini tercatat lebih rendah dari capaian periode yang sama bulan sebelumnya.

"Sehingga secara tahun kalender sebesar 0,80 persen (ytd), dan secara tahunan sebesar 3,00 persen (yoy)," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Onny Wijanarko, dalam keterangan tertulis kepada merdeka.com, Jakarta, Jumat (27/3).

Penyumbang inflasi pada periode laporan antara lain berasal dari komoditas emas perhiasan sebesar 0,06 persen. Bahan makanan misalnya jeruk 0,04 persen, telur ayam ras 0,03 persen, gula pasir 0,03 persen, bawang merah 0,02 persen, kangkung, bayam, nasi dengan lauk dan bahan bakar rumah tangga masing-masing sebesar 0,01 persen.

"Komoditas yang mengalami kenaikan harga dari minggu sebelumnya antara lain emas perhiasan, gula pasir, jeruk dan bawang merah," kata Onny.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini