Sukses

Harga Minyak Mentah Anjlok, Mengapa Harga BBM Belum Turun Juga?

Saat ini periode April 2020 harga minyak mentah dunia jenis Brent jatuh di kisaran USD 25 per barel dan WTI dikisaran angka USD 20 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Sampai saat ini pemerintah belum mengeluarkan mandat untuk menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM). Padahal harga minyak dunia sudah anjlok lebih dari 100 persen hingga ke kisaran USD 20 per barel dalam beberapa pekan terakhir. 

Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia, Ferdinand Hutahaean menjelaskan, industri minyak dan gas (migas) mengalami tekanan yang sangat besar sejak awal tahun ini. Penurunan harga minyak ini akibat OPEC dan Rusia tak mencapai kesepakatan pengendalian harga. 

Selain itu, dampak dari wabah Corona juga membuat konsumsi energi menurun cukup besar.  "Dunia tiba-tiba dikagetkan oleh anjloknya harga minyak dunia," kata Ferdinand dalam siaran pers, Jumat (3/4/2020).

Periode Januari 2020 harga minyak mentah Brent masih di kisaran USD 67,02 per barel dan WTI di kisaran USD 59,80 per barel sementara ICP ada di kisaran USD 65,38 per barel.

Saat ini periode April 2020 harga minyak mentah dunia jenis Brent jatuh di kisaran USD 25 per barel dan WTI dikisaran angka USD 20 per barel.

"Penurunan harga yang luar biasa memukul perekonomian khususnya sektor minyak," ungkap Ferdinand.

Turunnya harga minyak dunia tersebut saat ini belum diikuti oleh penurunan harga jual BBM Pertamina. Inilah yang saat ini banyak dipertanyakan oleh kalangan publik.

"Mengapa harga jual BBM belum turun sementara harga minyak dunia turun? Sebuah pertanyaan yang tentu lumrah dan wajar," tutur Ferdinand.

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mengapa Harga BBM Tak Ikut Turun?

Dia melanjutkan, dalam penentuan harga jual BBM, tentu ada beberapa faktor yang atau komponen yang dijadikan dasar perhitungan. Komponen utama dari perhitungan ini yakni harga minyak mentah dan nilai tukar dolar.

Beberapa komponen lainnya seperti biaya distribusi, biaya penyimpanan, margin dan lain-lain. Satu hal yang tidak boleh diabaikan yakni, periode impor minyak mentah untuk bahan balu produksi BBM.

Rata-rata minyak mentah yang diproduksi saat ini untuk dipilah jadi BBM adalah minyak mentah yang diimpor 2 bulan lalu pada saat harga minyak mentah masih di kisaran di atas 50 USD per barel. Maka tentu perhitungan harga keekonomian masih mengacu pada harga minyak pada bulan Februari bukan menggunakan harga yang sekarang.

Harga sekarang baru digunakan untuk perhitungan harga BBM 2 bulan ke depan. Itulah alasan mengapa harga BBM sekarang belum turun. Ditambah nilai tukar dolar saat ini yang tinggi membuat penurunan harga semakin sulit diwujudkan kecuali ke bulan-bulan yang akan datang.

Untuk harga BBM Mei akan menggunakan harga Crude impor bulan Maret, Juni gunakan harga April dan begitu seterusnya. Maka jika harus turun maka baru pada sekitar bulan Mei dan Juni bisa terjadi penyesuain harga. Sehingga semua kembali kepada Perpres 191 yang mengatur periodik evaluasi harga BBM.

"Kita tentu berharap agar Pertamina segera lakukan evaluasi harga jual BBM," kata Ferdinand.

 

3 dari 3 halaman

Sesuai Keekonomian

Jika sekarang sudah bisa dilakukan penurunan harga, maka sewajarnya diturunkan sesuai perhitungan harga keekonomian. Supaya Pertamina tetap untung dan rayat bisa merasakan dampak penurunan harga minyak dunia dan sedikit terbantu di tengah tekanan ekonomi akibat Covid-19.

Publik juga, kata Ferdinand harus memahami penurunan penjualan BBM akibat dampak turunnya aktivitas tentu akan mempengaruhi bisnis Pertamina. Apalagi biaya operasionalnya tidak turun bahkan mungkin naik akibat kenaikan nilai tukar dolar.

"Begitulah kondisinya agar kita bisa memahami mengapa harga jual BBM belum turun saat ini," kata Ferdinand.

Utamanya karena masih menggunakan harga Crude impor periode 2 bulan lalu dengan nilai tukar dolar saat ini yang tinggi.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini