Sukses

Bursa Asia Jatuh, Dow Catat Bulan Terburuk Sejak Oktober 2008

Indeks saham di Amerika Serikat kehilangan 23,2 persen selama tiga bulan pertama tahun ini.

Liputan6.com, Jakarta Pasar Asia jatuh dipicu memburuknya pandemi Virus Corona (Covid-19) di Jepang. Investor juga mencermati kondisi suram di Bursa Amerika Serikat (AS).

Melansir laman CNN, Rabu (1/4/2020), indeks Nikkei 225 Jepang (N225) merosot 1,7 persen, Indeks Hang Seng Hong Kong (HSI) turun sekitar 1 persen dan Shanghai Composite (SHCOMP) China turun 0,3 persen.

"Pasar saham bereaksi terhadap kemungkinan peningkatan durasi dan luasnya langkah lockdown akibat Virus Corona di Amerika Serikat dan di tempat lain, yang menunjuk pada potensi pukulan yang lebih dalam dan jangka panjang terhadap kegiatan ekonomi daripada yang diantisipasi bahkan seminggu yang lalu," ujar Ahli Strategi di AxiCorp, Stephen Innes dalam sebuah catatan.

Sebelumnya di Bursa AS, saham berjangka turun setelah Dow menutup kuartal terburuk pertama dalam sejarah. Indeks kehilangan 23,2 persen selama tiga bulan pertama tahun ini.

Indeks Futures Dow (INDU) merosot 252 poin, atau sekitar 1,2 persen, selama perdagangan. Indeks S&P 500 (SPX) futures turun mendekati 1,2 persen dan Nasdaq (COMP) futures turun sekitar 0,9 persen.

Virus Corona telah menyebabkan volatilitas besar-besaran di pasar keuangan dalam beberapa pekan terakhir karena virus menyebar dan menyebabkan langkah lockdown di sebagian besar negara di dunia.

Maret menjadi bulan terburuk bagi Dow dan S&P 500 sejak Oktober 2008.  Bahkan untuk Nasdaq adalah bulan terburuk sejak November 2008.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Di AS

Kondisi ini juga menghancurkan industri minyak. Harga minyak AS anjlok 54 persen selama sebulan. Di Amerika Serikat, wabah coronavirus diperkirakan akan meningkat dalam beberapa hari mendatang.

Presiden Donald Trump pada hari Selasa memperingatkan bangsa itu untuk bersiap menghadapi "dua minggu yang sangat sangat sulit. Dihadapkan dengan kemungkinan kematian 100 ribu hingga 200 ribu kematian akibat virus koronavirus.

Dia kemudian memperpanjang pedoman penjajakan sosial secara nasional hingga 30 April. Dia semula berharap agar sebagian besar negara kembali bekerja pada hari Paskah.

Meski demikian, ada beberapa tanda positif di pasar keuangan.Beberapa perusahaan besar China yang berada di Wall Street mengakhiri harga saham lebih tinggi, bahkan ketika pasar AS jatuh.

Ini tanda bahwa investor mungkin percaya jika ekonomi dan bisnis China pulih dari dampak coronavirus. Saham Alibaba (BABA) ditutup naik 0,4 persen, Baidu (BIDU) berakhir hampir 1,9 persen lebih tinggi dan Tencent Music Entertainment Group (TME) naik 3,9 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.