Sukses

Wall Street Kembali Terbakar, Dow Jones Anjlok 1.300 Poin

Hampir tidak ada pasar saham yang aman dari gelombang aksi jual. Harga minyak mentah pun juga mengalami penurunan terburuk ketiga mereka.

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street kembali anjlok pada Penutupan perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Kejatuhan tersebut karena investor khawatir akan pelemahan ekonomi dampak dari Pandemi Corona.

Mengutip CNBC, Kamis (19/3/2020), Dow Jones Industrial Average turun 1.338,46 poin, atau 6,3 persen menjadi 19.898,92, menandai penutupan pertama di bawah 20.000 sejak Februari 2017.

S&P 500 turun 5,2 persen menjadi 2.398,10 dan ditutup hampir 30 persen di bawah rekor bulan lalu. Untuk Nasdaq Composite turun 4,7 persen menjadi 6.989,84.

Hampir tidak ada pasar saham yang aman dari gelombang aksi jual. Harga minyak mentah pun juga mengalami penurunan terburuk ketiga mereka.

Wall Streetturun dari posisi terendah mereka di menit-menit terakhir perdagangan setelah Senat memperoleh suara untuk meloloskan rencana bantuan untuk virus Corona untuk memperluas cuti berbayar.

Investor dan juga miliarder Bill Ackman mengatakan obat terbaik menahan penurunan pasar dan wabah Corona di AS adalah dengan keputusan dari Presiden Donald Trump untuk melakukan lockdown.

"Kita perlu melakukan sekarang. Ini adalah satu-satunya jawaban," kata Ackman, pendiri Pershing Square Capital Management. “Amerika akan berakhir seperti yang kita tahu. Saya minta maaf untuk mengatakannya, kecuali kita mengambil opsi ini." tambah dia.

Wall Street sempat dihentikan sementara selama 15 menit untuk memastikan memastikan perilaku pelaku pasar yang teratur. Rabu ini merupakan keempatkalinya otoritas bursa saham AS melakukan pembekuan perdagangan sementara.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Minyak Anjlok ke USD 24,67 per Barel, Terendah dalam 18 Tahun Terakhir

 Harga minyak mentah dunia turun 24 persen ke level terendah lebih dari 18 tahun pada hari perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta). Hal ini didorong oleh pandemi virus corona yang terus menekan permintaan minyak mentah.

Selain itu juga karena meningkatnya kekhawatiran tentang resesi global menyebabkan kekhawatiran akan kehancuran permintaan jangka panjang.

Dikutip dari CNBC, Kamis (19/3/2020), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 24,4 persen atau USD 6,58 ke level USD 20,37 per barel. Ini menjadi level terendah sejak Februari 2002 dan hari terburuk ketiga WTI dalam catatan.

Sementara harga patokan minyak mentah internasional yaitu Brent turun 14,1 persen atau USD 4,07, diperdagangkan pada level USD 24,67, level, terendah sejak 2003. 

Minyak semakin terpukul di sisi penawaran dan permintaan. Perlambatan dalam aktivitas perjalanan dan bisnis di seluruh dunia membebani permintaan. Ini sama seperti produsen pembangkit tenaga listrik Arab Saudi dan Rusia bersiap untuk meningkatkan produksi.

"Pasar minyak akan dibanjiri dengan surplus barel," kata Bank of America dalam sebuah catatan.

Setelah pembicaraan antara OPEC dan sekutunya atau yang dikenal sebagai OPEC+ mogok awal bulan ini, Arab Saudi mengumumkan rencana untuk meningkatkan produksi hariannya ke rekor 12,3 juta barel per hari pada April.

Sebagai perbandingan, Arab Saudi memompa sekitar 9,7 juta barel per hari pada Februari. Rusia menjadi negara di antara anggota OPEC+ lainnya yang mengatakan juga dapat meningkatkan produksi.

"Harga minyak sedang berusaha untuk menemukan level kliring atau terendah, yang saya rasa akan berada di sekitar level USD 18,00 per barel untuk WTI," kata John Kilduff dari Capital Again.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.