Sukses

Luhut: Ekonomi Indonesia Tumbuh di Bawah 5 Persen

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan wabah Corona Covid-19 akan menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 5 persen. Meski demikian, Ia menyebut PDB Indonesia tidak akan terjun terlalu jauh.

"Mungkin turun di bawah 5 persen tapi kita bisa manage di empat persen ke atas," ujar Luhut dalam video-konferensi pada Rabu (18/3/2020).

Menurutnya, pemerintah maupun Bank Indonesia (BI) sudah menyiapkan kebijakan dari sisi fiskal maupun moneter. Luhut pun memastikan kebijakan pemerintahan Presiden Joko Widodo akan mampu menghasilkan output terbaik.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan selama kuartal I sampai dengan minggu kedua atau sepuluh hari pertama dari Maret, Ekonomi Indonesia masih bertengger di 4,9 persen.

"Kuartal I sampai minggu kedua, 10 hari pertama ekonomi kita masih 4,9 persen. Jadi kalau kuartal I masih ada 20 hari terakhir Maret ini penurunan kuartal I masih bisa tumbuh di atas 4,5-4,9 persen," ujar Sri Mulyani.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020 Diprediksi Dibawah 5 Persen

Sebelumnya, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 dibawah 5 persen. Kondisi ini sudah diprakirakan sejak akhir tahun lalu lantaran pertumbuhan ekonomi global yang melemah.

Kondisi ini semakin nyata setelah penyebaran virus corona pada Januari lalu. Sepanjang tahun 2020 dia perkiraan pertumbuhan ekonomi akan berada di angka 4,9 persen sampai 5,1 persen.

"Dengan adanya virus corona menegaskan kembali (pertumbuhan ekonomi) kita pasti di bawah 5 persen," kata Pieter di Kantor Core Indonesia, Jalan Tebet Barat Dalam No 76A, Tebet, Jakarta Selatan, pada Kamis 12 Maret 2020. 

Padahal kondisi ini sudah didorong pemerintah dengan melakukan berbagai stimulus. Alasannya, stimulus yang diberikan sifatnya masih terbatas.

Pieter mengatakan, respon kebijakan dari pemerintah masih dianggap belum terukur. Sehingga dampaknya belum terasa signifikan. Sebab, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sifatnya lebih menahan perlambatan ekonomi.

"Sementara penurunan daya beli semakin besar," ujar Pieter.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.