Sukses

Ada Corona, Impor Indonesia Turun 18,69 Persen pada Februari 2020

Jika melihat secara sektor, nilai impor barang konsumsi turun 39,91 persen dari bulan sebelumnya menjadi USD 0, 88 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada Februari 2020 turun 18,69 persen dibandingkan dengan Januari 2020. Di mana posisi impor pada Februari 2020 tercatat sebesar USD 11,60 miliar lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yakni USD 14,27 miliar.

Sementarai itu, untuk persentase nilai impor secara tahunan juga alami penurunan sebesar 5,11 persen dari posisi bulan sebelumnya Januari 2020 yakni USD 12,23 miliar.

"Impor Februari 2020 tercatat USD 11,6 miliar atau turun sebesar minus 18,69 persen jadi cukup dalam penurunan impor pada Februari ini," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Yunita Rusanti, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (16/3/2020).

Berbagai faktor menyebabkan impor Indonesia turun. Mulai dari ketidakpastian global, konflik geopolitik, perang dagang yang tak kunjung usai, fluktuasi harga komoditas dan juga adanya virus Corona.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sektoral

Jika melihat secara sektor, nilai impor barang konsumsi turun 39,91 persen dari bulan sebelumnya menjadi USD 0, 88 miliar. Di mana barang konsumsi berkontribusi 7,60 persen dari keseluruhan impor Februari 2020.

Sementara, untuk nilai impor bahan baku penolong juga turun 15,89 persen dari bulan sebelumnya menjadi USD 8,89 miliar. Impor bahan baku ini sendiri berkontribusi sebesar 76,63 persen dari total impor Februari 2020.

Kemudian, untuk nilai impor barang modal turun 18,03 persen dari posisi Januari 2020 menjadi USD 1,83 miliar. Barang modal berkontribusi sebesar 15,77 persen dari total impor bulan ini.

Dia menambahkan, penurunan impor untuk komoditas terbesar terjadi di China yakni minus USD 1,9 miliar. Kemudian diikuti oleh negara lainnya seperti Hongkong, Korea Selatan dan Singapura yang masing-masing sebesar USD 116 juta, USD 113 juta, USD 102 juta.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.