Sukses

Berbagai Reaksi Orang Kaya Dunia Hadapi Virus Corona

Pandemi sudah semakin meluas dan menyebabkan beberapa miliarder melakukan tindakan tertentu.

Liputan6.com, Jakarta Virus Corona yang mewabah di hampir seluruh negara di dunia, menuai keprihatinan internasional. Sebab, virus ini tak pandang bulu menjangkiti siapa saja. Virus ini pun memberikan dampak ke perekonomian global, tak sekedar dari sisi kesehatan.

Kondisi ini menuai keprihatinan para orang terkaya dunia. Mereka rela mendonasikan hartanya bagi wilayah yang terkena Virus Corona. Bill Gates bersama istri misalnya. Dia mendonasikan USD 100 juta atau Rp 1,45 triliun untuk perawatan dan isolasi akibat dari virus.

Jack Ma juga mendonasika USD 14 juta atau Rp 208 miliar melalui yayasannya, untuk membantu membuat vaksin dan akan mendonasikan 500 ribu alat tes dan satu juta masker untuk Amerika Serikat.

Ada juga Brian Chesky, CEO Airbnb mengumumkan bahwa semua pelanggan bisa membatalkan pesanan dan tetap mendapatkan pengembalian uang.

Citadel, perusahaan milik Ken Griffin mengumumkan bahwa akan mendonasikan USD 7,5 juta (Rp 111 miliar) untuk salah satu provinsi terparah di China.

Ted Leonsis, pemilik NBA’s Wizard, NHL’s Capitals, WNBA's Washington Mystics, Arena Football teams and the Capital One Arena di Washington DC, siap membayar 500 pekerja part time yang dijadwalkan berkerja sampai akhir Maret walaupun tempat ditutup.

Selain berdonasi, berikut reaksi para orang terkaya dunia lainnya dalam menghadapi Corona, seperti melansir Forbes, Senin (16/3/2020).

Vincent Bollore, CEO Bolloré Group of France, mengaku tidak terlalu khawatir tentang Virus Corona dapat berdampak pada perusahaannya.

"Bisnis kami telah ada sejak 1822. Kami telah melalui revolusi, dua perang dunia, dan lainnya. Jadi kami harus menyesuaikan diri," kata dia.

Steve Sarowitz, pendiri dan kepala perusahaan penggajian Paylocity, mengatakan akan membatasi perjalanan dengan keluarga.

“Meskipun penderitaan dan kematian akibat Virus Corona adalah tragis, ada juga sisi positif dari virus. Yang paling penting, ini menunjukkan bagaimana kita semua saling berhubungan dan bahwa kita semua harus saling bergantung dan bekerja sama untuk memperjuangkannya. Dengan lebih sedikit perjalanan, keluarga akan menghabiskan lebih banyak waktu di rumah bersama," jelas dia.

Dia pun mengaku secara pribadi senang mendapatkan kelonggaran dari jadwal perjalanan yang berat dan mendapatkan kesempatan untuk menghabiskan lebih banyak waktu di rumah bersama anak-anak.

"Terakhir, bencana alam seperti wabah dan gempa bumi memiliki kecenderungan untuk meningkatkan kepercayaan kita kepada Tuhan dan membantu kita melarikan diri dari penjara materialisme yang telah kita kunci," lanjut dia.

John Pritzker, pendiri dan CEO Geolo Capital, yang investasinya saat ini mencakup tujuh hotel di seluruh Amerika Serikat .

Pritzker mngatakan, hal yang menjadi fokus utama dan dikhawatirkan adalah dampak perawatan sosial dan kesehatan dan sistem perawatan kesehatan dalam menangani pandemi, siapa yang menerima perawatan, dan lainnya.

"Saya juga khawatir tentang implikasi pasca pandemi. Kebangkrutan, kehilangan pekerjaan, kesenjangan kekayaan yang lebih besar. Sangat mudah untuk menjadi dystopian. Jadi saya lebih suka pandangan saya sendiri yang mengaitkan dengan lagu ‘Ac-Cent-Tchu-Ate the Positive!," tegas dia.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Eric Yuan

Eric Yuan, pendiri perusahaan konferensi video Zoom, memutuskan untuk membuat layanan gratis untuk penggunaan tak terbatas di daerah yang terkena dampak pandemi, China. Kemudian berlanjut di Italia dan di seluruh Amerika Serikat.

“Saya mengatakan kepada tim bahwa dengan krisis seperti ini, jangan memanfaatkan kesempatan untuk pemasaran atau penjualan. Mari kita fokus pada pelanggan kita,"kata Yuan.

"Jika Anda memanfaatkan kesempatan ini untuk uang, saya pikir itu adalah budaya yang mengerikan," lanjut dia.

Jim McKelvey, salah satu pendiri dan anggota Dewan Square, mengatakan keluarganya baru saja membatalkan perjalanan ke Italia dan berdiam di rumah.

“Kami mengundang anggota keluarga yang lebih tua untuk tinggal bersama kami di St. Louis. St. Louis memiliki salah satu sistem perawatan kesehatan terbaik di Amerika Serikat. Jika terjadi krisis, ini adalah tujuan kami,” jelas dia.

"Saya khawatir orang tua dan orang miskin tidak akan bisa mendapatkan perawatan yang memadai," ungkapnya.

 

3 dari 3 halaman

Mohammed Dewji

Mohammed Dewji, CEO MeTL Group of Tanzania, mengatakan membatalkan semua rencana perjalanan yang dijadwalkan ke Eropa dan Amerika Serikat.

Kemudian membatasi pertemuan dengan banyak orang, membatalkan kehadiran di semua konferensi, forum, dan pertemuan besar di negara-negara yang terkena dampak.

“Perhatian utama saya adalah mata pencaharian orang. Saya benar-benar berdoa agar virus itu mengandung dirinya sendiri sehingga kita memiliki lebih sedikit kematian, lebih sedikit infeksi dan pemulihan lebih cepat. Saya berharap bahwa semua pemerintah bekerja sama dengan satu sama lain untuk secara kolektif mengerahkan sumber daya untuk dapat mencegah wabah yang bahkan lebih luas," ungkap dia.

Herbert Wertheim, Pendiri Brain Power Inc., mengatakan dia berencana untuk berlayar menggunakan The World, kapal hunian mewah terbesar di dunia, tetapi pelayarannya dibatalkan.

"Perasaan saya adalah saya tidak menganggapnya sebagai hal yang menakutkan, secara ekonomi menakutkan untuk apa yang telah dilakukan, tetapi saya tidak takut untuk kesehatan pribadi saya," ujar dia.

Reporter : Tiara Sekarini

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.