Sukses

IHSG Diprediksi Terus Terkoreksi Hari Ini

IHSG dibuka melemah 245,17 poin atau 5,01 persen ke posisi 4.650,58

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat pagi anjlok dan kembali terkena pembekuan sementara (trading halt) selama 30 menit pada pukul 09.15 WIB. Hal ini karena melemah hingga lebih dari 5 persen.

IHSG dibuka melemah 245,17 poin atau 5,01 persen ke posisi 4.650,58. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 50,62 poin atau 6,58 persen menjadi 719,02.

"Kami memperkirakan IHSG masih berpeluang terkoreksi dalam pada hari ini," tulis Tim Riset Samuel Sekuritas dalam riset dikutip dari Antara di Jakarta, Jumat (13/3/2020).

Perdagangan IHSG kemarin ditutup terkoreksi tajam ke level 4.895,7 dan sempat diberhentikan akibat menyentuh level lebih dari 5 persen.

BEI sendiri sudah kembali membuka perdagangan saham pada pukul 09.45 tadi. IHSG terpantau masih bergerak melemah di kisaran 4,5 persen hingga 4,9 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

OJK

Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memerintahkan perubahan pada batas auto reject bawah (ARB) menjadi 7 persen untuk seluruh fraksi harga.

OJK juga memerintahkan untuk meniadakan saham-saham yang bisa diperdagangkan pada sesi pra pembukaan (pre-opening).

Dari eksternal, perdagangan bursa AS kembali ditutup turun tajam, dan sempat diberhentikan sementara akibat penurunan S&P 500 menyentuh batas 7 persen.

Tercatat, S&P 500 turun 9,51 persen, Dow Jones turun 9,99 persen, dan Nasdaq turun 9,43 persen, yang diikuti dengan "bond rally" pada imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun yang turun 0,079 bps ke level 0,773 persen.

Tidak hanya terjadi pada bursa saham, penurunan tajam juga terjadi pada penutupan harga komoditas global semalam.

Bank sentral The Fed menyatakan akan melakukan intervensi pada pasar uang jangka pendek yang diikuti dengan pembelian obligasi sebagai stimulus, yang biasa disebut "quantitative easing".

Penambahan pasokan likuiditas itu dilakukan sebagai tindakan antisipasi kontraksi ekonomi dan perdagangan pasar modal yang dapat terjadi akibat adanya COVID-19.    

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.