Sukses

Tembus Pasar Global, UMKM Butuh Ekosistem Bisnis

UMKM membutuhkan model bisnis partner yang bisa menjadi agregator,

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki, mengatakan UMKM membutuhkan hub atau ekosistem bisnis yang bisa menghubungkan pemasaran produk UMKM ke pasar global. Hub ini tak hanya mencarikan buyers di luar negeri, namun juga memberikan pendampingan pada UMKM untuk terus meningkatkan kualitas produknya agar bisa memenuhi selera pasar.

"Saya senang sekali, apa yang saya bayangkan ada hub yang bisa menghubungkan pemasaran produk UMKM dengan pasar global bisa saya temui disini. Jadi saya memberikan apresiasi kepada PT. AeXI (Andalan Ekspor Indonesia) Bisnis model semacam ini yang kita perlukan buat UMKM," kata Teten usai meninjau AeXI Export Hub, di Serpong Tangerang, Rabu (11/3/2020).

Menteri Teten menjelaskan, UMKM itu mayoritas skalanya kecil, sehingga ia membutuhkan model bisnis partner yang bisa menjadi agregator, mencarikan buyers maupun menjadi off taker. Lebih bagus lagi bila perusahaan hub itu bisa memberikan pelatihan, pendampingan, mengurus perizinan atau legalitas, sehingga UMKM bisa lebih berkonsentrasi pada peningkatan kapasitas volume produk.

Ia juga meminta PT. AeXI untuk mengembangkan market intelejen, produk apa saja yang menjadi selera pasar global. "Dari hasil market intelejen itu kita akan kembangkan produk-produk UMKM unggulan yang diminati pasar ekspor," ujarnya.

Menurutnya saat ini sudah saatnya produk UMKM menembus pasar global. Pemerintah dan pihak terkait yang concern dengan UMKM seperti PT. AeXI menyiapkan infrastrukturnya, semakin banyak yang terlibat semakin bagus. Apalagi Pak Presiden menargetkan pertumbuhan ekspor UMKM ini naik menjadi dua kali lipat pada 2024.

Saat ini, kontribusi UMKM terhadap ekspor masih relatif rendah yaitu 14,5 persen. Sementara negara - negara lain sudah cukup tinggi kontribusi UMKM nya, misalnya Malaysia 20 persen, Korea 60 persen, Jepang 55 persen, China 70 persen "Padahal jumlah pelaku UMKM kita sangatlah banyak 64 juta pelaku usaha," ungkapnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

60 Juta UMKM

Sementara itu, CEO PT AeXI Lutpi Ginanjar menjelaskan, dari lebih dari 60 juta UMKM di Indonesia dengan variasi produk dan komoditas yang unik, ternyata hanya sekitar 6,3 persen saja yang telah sukses melakukan ekspor.

"Hal ini karena rendahnya angka literasi digital Indonesia. Jika kita tinggal diam, maka potensi UMKM Indonesia akan terlempar dari pusaran bisnis dunia," katanya.

Karena itu dengan memanfaatkan platform digital, PT. AeXI menggagas sebuah program jangka panjang untuk membangun ekosistem ekspor dalam rangka akselerasi ekspor Indonesia untuk memasuki persaingan pasar global.

Dalam ekosistem ekspor, PT. AeXI berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk membantu meningkatkan kapasitas UMKM mulai dari akses pemasaran global, kapasitas SDM di bidang digital marketing, kemampuan permodalan untuk pra-produksi & pasca-produksi, pemahaman & keterampilan dalam melaksanakan ekspor

Melalui komunitas Berani Ekspor, PT. AeXI berusaha untuk meningkatkan pengetahuan UKM lokal terhadap proses ekspor. Mulai dari produksi (standar kualitas, kuantitas & pengemasan), pemasaran (branding, marketing & customer relation), hingga logistik (pengiriman, legalitas & perizinan).

Untuk penjualan B2B, PT. AeXI berkolaborasi dengan Alibaba.com untuk memasarkan produk UMKM Indonesia. Sedangkan, untuk ekspor dalam skala B2C, PT. AeXI menggunakan platform Indonesia in Your Hand, sebuah platform marketplace online karya anak bangsa.

Slanjutnya, sejumlah UMKM yang sudah tergabung dalam AeXI mengatakan banyak terbantu dalam memasarkan produknya ke pasar global. Namun ada saja beberapa tantangan bagi UMKM ekspor ini, misalnya Zainal dari Asosiasi Kelinci Indonesia.

"Permintaan kelinci hiasan maupun pedaging sudah cukup banyak misalnya dari Korea Jepang dan Malaysia. Tapi tiap pengiriman selalu ada persyaratan dokumen baru," ujar Lutpi.

Sedangkan Mohamad Yayang yang merupakan produsen rotan dari Cirebon, menjelaskan pada 2018 pihaknya mulai melirik pasar Ekspor dan pada 2019 mampu mencatat ekspor rotan senilai 56 ribu dollar AS.

"Masalah kami ya masalah klasik yaitu perijinan dan pembiayaan," pungkas Mohamad.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.