Sukses

Dibanding Solar, Bahan Bakar LNG Lebih Murah 30 Persen

PGN jalin kerjasama dengan Aptrindo terkait implementasi penggunaan bahan bakar berbasis gas alam cair atau LNG.

Liputan6.com, Jakarta - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menjalin kerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) terkait implementasi penggunaan bahan bakar berbasis gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) untuk 3.000 truk logistik.

Langkah tersebut diupayakan guna mendorong LNG sebagai bahan bakar pengganti BBM berjenis solar. Selain lebih ramah lingkungan, gas alam cair pun dapat menghemat pengeluaran hingga 30 persen.

"Harganya 20-30 persen lebih murah daripada BBM," kata Direktur Strategi dan Pengembangan PGN Syahrial Mukhtar di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (6/3/2020).

Secara perhitungan angka, Syahrial menjelaskan, pemakaian LNG lebih murah sekitar Rp 3.000 per liter ketimbang solar.

"Rp 7.000-8.000 per liter, LNG. Kalau solar kan Rp 10-11 ribu. Jadi kalau itu di-compare keekonomiannya itu kan hemat Rp 2.000-3.000," terang dia.

Selain hemat ongkos, ia juga menyebutkan penggunaan LNG lebih irit dalam berbagai hal daripada solar dan bahan bakar minyak lainnya.

"Compare antara BBM dan LNG lah, fuel efficiency. Kemudian juga kemudahan perawatan. Kami belum hitung dampaknya terhadap maintenance cost-nya di truk. Nanti kita akan hitung lagi, nanti ada tambahan efisiensi," tuturnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kilang LNG Blok Masela Bakal Dibangun di Kepulauan Tanimbar

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) ‎menyatakan, proyek Lapangan Abadi Masela mengalami kemajuan dengan ditetapkannya pembangunan kilang gas alam cair atau Liquified Natural Gas (LNG) di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku.

Penetapan tersebut ditandai dengan penyerahan Surat Permohonan Penetapan Lokasi dan Surat Rekomendasi Gubernur dari Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto kepada Gubernur Maluku Murad Ismail.‎

Dwi mengatakan, dalam pembangunan proyek kilang LNG Masela wajib memperhatikan tiga hal. Pertama adalah kualitas untuk menjaga kehandalan pengoperasian kilang sebab digunakan dalam waktu yang lama hingga 2055.

Poin berikutnya adalah ketepatan jadwal karena semakin cepat selesai maka hasilnya akan cepat kita nikmati, baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemda dan masyarakat sekitar dan yang terakhir adalah biaya yang efisien.

"Namun demikian untuk melakukan keduanya tetap harus memperhatikan cost atau biaya. Harus menggunakan biaya yang efesien," kata ‎Dwi, di Jakarta, Selasa (5/11/2019).

Menurut Dwi, proyek kilang Blok Masela dapat menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan perekonomian Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Dia pun mengajak semua pihak menjaga bersama proyek strategis nasional ini, agar bermanfaat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kepulauan Tanimbar.

"Serta dijadikan kesempatan untuk meningkatkan kualitas SDM masyarakat Kepulauan Tanimbar agar kelak tidak hanya dapat berpartisipasi sebagai tenaga kerja di proyek ini, tetapi juga dapat menjadi tenaga kerja di berbagai wilayah di Indonesia," ungkapnya.‎

3 dari 3 halaman

Dukungan Pemprov

Murad Ismail menyataan, Pemerintah Provinsi Maluku mendukung penuh pembangunan dan mempercepat pembangunan proyek tersebut, agar dampak berganda dan manfaat kehadiran proyek LNG dapat segera dirasakan masyarakat. Pihaknya pun siap memberikan dukungan untuk mempercepat penyelesaian Amdal dan pengadan lahan.

"Saya ingin tahun 2020 Amdal dan pengadaan lahan dapat selesai. Sehingga di tahun berikutnya kegiatan fisik sudah dapat dimulai. Harapannya produksi gas bumi dapat disegerakan," tandasnya.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.