Sukses

Daftar Ibu Kota dengan Tingkat Polusi Udara Terburuk di Dunia

Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa udara kotor membunuh sekitar 7 juta orang setiap tahun.

Liputan6.com, Jakarta New Delhi di India sekali lagi menduduki puncak daftar kota yang memiliki kualitas udara terburuk di dunia. Sementara kota-kota di China terus menunjukkan perbaikan kualitas udara dibandingkan tahun sebelumnya.

IQAir AirVisual's, perusahaan informasi dan teknologi kualitas udara global merilis Laporan Kualitas Udara Dunia 2019. Seperti mengutip laman Bloomberg, Selasa (25/2/2020), daftar ini menyebutkan 21 dari 30 kota di dunia dengan polusi udara terburuk berada di India. Sebanyak 6 kota berada di peringkat sepuluh teratas.

Meskipun India berupaya mengeluarkan kebijakan yang dimaksudkan untuk mengatasi masalah ini, kualitas udara New Delhi justru turun dibandingkan posisi lima tahun lalu. Peringkat ibukota India ini naik ke tempat terburuk kelima secara global dan menjadikannya sebagai kota utama yang paling tercemar di dunia. 

Sementara Beijing, yang sebelumnya terkenal karena kabut beracunnya, telah mampu mengurangi tingkat kabut asap dan menurunkan daftar kota paling tercemar di dunia. Beijing kini jatuh dari posisi 84 pada tiga tahun sebelumnya menjadi 199 di 2019.

Para peneliti IQAir, mengumpulkan data berdasarkan laporan dari stasiun pemantauan darat yang mengukur tingkat partikel halus, yang dikenal sebagai PM 2.5, per meter kubik.

Partikel mikroskopis, yang berdiameter lebih kecil dari 2,5 mikrometer, dianggap sangat berbahaya karena cukup kecil untuk masuk jauh ke dalam paru-paru dan sistem kardiovaskular.

PM 2.5 termasuk polutan seperti sulfat, nitrat dan karbon hitam. Paparan partikel tersebut telah dikaitkan dengan gangguan paru-paru dan jantung, dan dapat merusak fungsi kognitif dan kekebalan tubuh.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kondisi Jakarta

Kondisi udara di India, China, dan negara-negara Asia lainnya mendapatkan udara beracun sebagai akibat dari kepadatan padat, knalpot kendaraan bermotor, pembangkit listrik tenaga batu bara, pembakaran pertanian, dan emisi industri.

Kondisi ini membahayakan sebab Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa udara kotor membunuh sekitar 7 juta orang setiap tahun. Sementara Bank Dunia mengatakan, polusi menguras ekonomi global hingga USD 5 triliun per tahun.

"Di Beijing, China ini merupakan prioritas, ketika mereka mengatakan sesuatu, kemudian melakukannya dengan berbagai sumber daya," kata Yann Boquillod, Direktur Pemantauan Kualitas Udara AirVisual.

Sementara di India, upaya penanganan polusi udara baru saja dimulai. Masyatakat dinilai perlu lebih menekan pemerintah. 

India, bagaimanapun, jauh dari satu-satunya negara yang tetap sangat ditantang oleh kabut asap. Meskipun beberapa kota di Cina - termasuk Shanghai - menyaksikan peningkatan kualitas udara, Kashgar dan Hotan di wilayah Xinjiang barat yang bergolak adalah yang terburuk di dunia.

Sementara kota-kota di Asia, termasuk Chiang Mai, Hanoi, Jakarta dan Seoul mengalami peningkatan tajam pada level PM 2.5.

Sejak 2017, Jakarta mengalami peningkatan polusi hingga 66 persen, menjadikannya yang terburuk di Asia Tenggara.

Di Thailand, Chiang Mai dan Bangkok juga kerap terdapat hari dengan kondisi asap yang menggangu kegiata, sehingga otoritas terpaksa ibukota menutup sekolah. Asap tersebut berasal dari konstruksi, bahan bakar diesel, dan pembakaran tanaman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini