Sukses

Industri Penerbangan Tertekan, Harga Obligasi Garuda Turun Tajam

Terpukulnya sektor penerbangan tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di luar negeri akibat semakin rendahnya volume penerbangan antar negara

Liputan6.com, Jakarta - Surat utang global milik PT Garuda Indonesia Tbk yang jatuh tempo pada 2020 ini merosot tajam. Bahkan saat ini nilai Sukuk global berjangka waktu lima tahun tersebut mendekati rekor terendah.

Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (18/3/2020), harga suku global Garuda merosot hampir 37 sen dalam dua hari mendekati USD 60,6 sen pada perdagangan Selasa.

Ekonom Bank Permata Josua Perdede menjelaskan, Sektor penerbangan memang terkena dampak cukup negatif dari virus Corona. Sejak penyebaran wabah Covid-19 yang masif, dimulai dari China pada akhir Januari, berbagai bisnis sektor penerbangan dan juga pariwisata terkena dampak negatif.

Berbagai pemerintah dunia mulai memberlakukan pengetatan imigrasi dan larangan terbang dari dan ke Tiongkok, pada mulanya, yang kemudian berkembang ke larangan atau pengetatan perjalanan dari dan dan ke negara episentrum COvid-19 lainnya, seperti Italia, Iran, dan Jepang.

"Dengan semakin terbatasnya jumlah penerbangan dan wisatawan luar negeri yang ke Indonesia, sektor maskapai penerbangan dan pariwisata terpukul cukup dalam mengingat wisatawan luar negeri memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pendapatan sektor tersebut," jelas dia kepada Liputan6.com.

Terpukulnya kedua sektor ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di luar negeri akibat semakin rendahnya volume penerbangan antar negara akibat pengetatan dan larangan terbang ke daerah tertentu.

Dengan sifat virus Covid-19 yang derajat penularannya tinggi, terutama melalui kontak antar manusia, kontraksi ini diperkirakan masih akan berlanjut hingga sebagian besar negara sudah mampu menahan laju penyebarannya dan mulai kembali membuka diri terhadap negara lain.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Garuda Indonesia Bakal Lunasi Utang Lama dengan Utang Baru

Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyatakan saat ini pihaknya tengah menyiapkan sejumlah langkah untuk melunasi utang-utang Garuda, salah satunya melalui utang baru.

Sebagai informasi, menurut laporan keuangan perusahaan per September 2019, hingga saat ini Garuda memiliki total kewajiban sebesar USD 3,51 miliar.

"Saya memang enggak mendalami finance, tapi saya pernah 6 tahun di Bank Niaga. Utang memang jadi concern kita, kita sempat bicarakan ini dengan tim. Kita ada upaya negosiasi dan mencari utang baru," ujar Irfan di Kementerian BUMN, pada  Jumat 24 Januari 2020. 

 

Nantinya, Garuda Indonesia akan mengupayakan negosiasi dengan lessor (pemberi utang) dan manufacturing (pabrikan pesawat), karena struktur biaya terbesar ada di avtur dan leasing.

Irfan juga menegaskan, persoalan utang ini tidak akan menggangu aspek keamanan penerbangan.

"Saya beri jaminan, itu (utang) nggak impact ke safety. Dengan tim yang ada kita sepakat bangun tim kuat, kalau perlu hire konsultan dan negosiator di luar untuk pastikan dapat pricing structure lebih bagus untuk menekan biaya. Kalau leasing bisa ditekan akan turunkan biaya. Jadi bisa berutang lagi untuk datangkan armada baru," jelasnya.

Sebelumnya, Garuda Indonesia juga membatalkan rencana untuk menerbitkan instrumen surat utang senilai USD 900 juta atau Rp 12,5 triliun. Hal itu disebabkan belum adanya laporan keuangan audit perseroan yang tersedia, yang menjadi pertimbangan menerbitkan sukuk.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini