Sukses

Ini yang Harus Dilakukan Jika Kena Penipuan Digital

Polisi membuka peluang kepada masyarakat untuk mengadukan jika terkena kasus penipuan digital melalui website resminya yakni patrolisiber.

Liputan6.com, Jakarta - Tim Cyber Crime Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, AKBP Dhany Aryanda, meminta kepada masyarakat untuk bersifat kooperatif kepada kepolisian jika terkena kasus kejahatan digital. Upaya tersebut diharapkan dapat memudahkan penyelidikan timnya untuk mengungkap kejahatan tersebut.

"Berikan penjelasan kronologis kepada kantor polisi. Kita bisa bedakan diretas atau ditipu. Kita ungkap sesuai kronologis yang dijelaskan korban," katanya dalam diskusi digelar di Jakarta, Kamis (23/1).

Dhany juga membuka peluang kepada masyarakat untuk mengadukan jika terkena kasus penipuan digital melalui website resminya yakni patrolisiber.

"Ada patroli seber, menerima laporan dari masyarakat, sifstnya informasi awal. Kemudian berikan nomor telpon. Kita bisa petakan nomer ini pelaku," jelas dia

Dhany menambahkan jika terjadi kejahatan penipuan melalui rekening, pihaknya mendorong masyarakat untuk segera melaporkan ke pihak bank terkait.

"Kalau terjadi menyangkut masalah rekening. Rekening bisa hubungin bank bersangkutan untuk di blokir. Sehingga tidak bisa diakses lagi," tandas dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Cegah Penipuan Lewat Dompet Digital, Literasi Keuangan Tak Boleh Putus

Pengamat ekonomi Yustinus Prastowo, menilai maraknya penipuan dompet digital melalui kode one time password (OTP) terjadi karena kurangnya edukasi. Oleh karena itu diperlukan edukasi literasi keuangan oleh pemerintah kepada masyarakat.

Fenomena penipuan lewat OTP tersebut bukanlah hal yang baru. Ia menilai hal tersebut terjadi karena banyak orang merasa sudah memahami teknologi digital. Padahal sebenarnya tidak semudah seperti yang digambarkan.

"Di sini literasi jadi penting, kita ambil contoh saya juga pernah mengalami seperti itu kan, pesan taksi online di telepon dimintai OTP, ya karena kita merasa betul yang menelpon ini yang saya pesan, saya memberikan, ternyata salah, jelas-jelas sebelumnya ada peringatan tidak boleh memberikan itu kepada siapa pun," ungkap Yustinus dalam ajang Ipsos Marketing Summit 2020: Indonesia The NextCashless Society, Pullman Jakarta Central Park, Jakarta, Rabu (15/1/2020).  

Bahkan sering kali kita menganggap sudah paham literasi digital, namun nyatanya belum terliterasi dengan baik.

"Pentingnya peran pemerintah menurut saya, dia tidak boleh lagi hanya prosedural, sosialisasi, sifatnya yang bikin aturan sosialisasi sudah harus betul-betul menciptakan suatu medium format literasi yang inheren, dengan kebutuhan masyarakat," ungkapnya.

Selanjutnya, ia menyarankan bagaimana pemerintah bisa menjaga supaya tidak terjadi kasus penipuan melalui OTP lagi, dengan terlebih dulu melakukan literasi ke otoritas pemerintahan.

"Nah saya di sini melihat dari sisi otoritas itu penting, literasi kepada otoritas juga," jelasnya.

Menurutnya, dengan melakukan literasi yang dimulai dari otoritas, akan menghasilkan pemain-pemain atau pengguna yang kredibel dari awal.

3 dari 3 halaman

Konsisten

Hal serupa yang juga disampaikan oleh Managing Director Ipsos Indonesia, Soeprapto Tan, kasus penipuan melalui OTP tidak hanya terjadi pada dompet digital saja, melainkan juga e-banking.

"Jadi sebenarnya bagi saya bukan instrumennya yang masalah, itu memang baik lagi, seperti yang disampaikan oleh Pak Yustinus, literasinya yang harus ditingkatkan, dengan adanya semakin terasa semakin tinggi ini, edukasi semakin bagus, dan satu hal yang saya mau tekan kan sebenarnya di negara ini yang penting itu konsistensi," jelasnya.

Menurut Soeprapto, jangan cuma sekali dua kali melakukan literasi edukasi, melainkan harus terus konsisten dilakukan dari tahun ke tahun.

"Saya rasa masyarakat juga akan makin pintar, buktinya contohnya yang paling kasat mata adalah kasus uang palsu, saya sangat apresiasi Bank Indonesia yang terus memberikan literasi cara mengecek uang palsu, dan membuat orang tuh jadi aware,"

Demikian, nantinya tidak hanya pelaku-pelaku yang pasar modern saja, yang perhatian terhadap literasi alat pembayaran digital, melainkan juga pelaku pasar tradisional. Menurutnya, hal-hal itulah yang harus terus dilakukan

"balik lagi negara ini memang butuh konsistensi, melakukan literasi dan edukasi," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.