Sukses

Korupsi Jadi Tantangan bagi Ekonomi Indonesia

Peringkat persepsi korupsi merupakan tantangan bagi ekonomi Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Hadiyanto mengatakan, saat ini persepsi korupsi Indonesia berada di zona merah atau peringkat 89 di dunia. Peringkat tersebut masih di bawah Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.

"Untuk corruption perception indeks, kita juga masih diberikan 89 masih zona warna merah-merah orange. Masih di bawah Malaysia, Brunei dan Singapura," ujar Hadiyanto saat memberikan paparan di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (21/1).

Hadiyanto melanjutkan, peringkat persepsi tersebut merupakan tantangan bagi ekonomi Indonesia. Untuk itu, dia meminta semua pihak bahu-membahu memerangi korupsi dengan membangun tata kelola yang baik.

"Jadi ini juga merupakan suatu tantangan buat kita semua, buat pemerintah, khususnya bagaimana membangun environment ekonomi dengan membangun tata kelola yang meningkat dari waktu ke waktu," jelasnya.

"Ini walaupun persepsi, tapi memang biasanya didasarkan pada fakta pada pengalaman. Nah, ini menjadi suatu hal yang penting bagi kita pemerintah untuk terus mendorong," katanya.

Dia menambahkan, kemajuan perbaikan korupsi dapat dinilai dari kepuasan masyarakat bawah terhadap layanan pemerintah. Salah satunya memberi uang atau imbalan dalam pengurusan suatu dokumen.

"Jadi, ini kombinasi besar dari pencegahan tindak pidana korupsi itu lebih di hulu. Kalau di hulunya orang ditanya, 'apakah ada biaya tambahan untuk mengurus kegiatan izin tertentu?' jawabnya tidak ada. Nah, itu sudah menimbulkan persepsi yang baik," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rupiah Melemah Dibayangi Prediksi Perlambatan Ekonomi Global

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Selasa pekan ini. Sentimen negatif terhadap prediksi pertumbuhan ekonomi global turut berpengaruh terhadap rupiah.

Mengutip Bloomberg, Selasa (21/1/2020), rupiah dibuka di level 13.644 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.639 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah melemah dengan bergerak di kisaran 13.642 per dolar AS hingga 13.665 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah mampu menguat 1,45 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah dipatok di angka 13.658 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.654 per dolar AS.

"Sentimen positif dari penandatanganan hubungan dagang AS-China masih akan mendukung penguatan rupiah hari ini," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston dikutip dari Antara, Selasa (21/1/2020).

Kendati demikian, lanjutnya, pelaku pasar harus mewaspadai sentimen negatif dari prediksi Dana Moneter Internasional atau IMF mengenai pertumbuhan ekonomi global yang semakin melambat.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) rupiah dipatok di angka 13.658 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.654 per dolar AS.

"Sentimen positif dari penandatanganan hubungan dagang AS-China masih akan mendukung penguatan rupiah hari ini," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston dikutip dari Antara, Selasa (21/1/2020).

Kendati demikian, lanjutnya, pelaku pasar harus mewaspadai sentimen negatif dari prediksi Dana Moneter Internasional atau IMF mengenai pertumbuhan ekonomi global yang semakin melambat. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.