Sukses

Pangkas Harga Gas dari Hulu Bikin Investor Khawatir

Upaya menurunkan harga gas di tingkat konsumen dengan memangkas harga di sisi hulu.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah sedang mengevaluasi komponen pembentukan harga gas, agar dapat turun menjadi USD 6 per MMBTU. Salah satu komponen yang menjadi incaran adalah harga dari sisi produsen atau hulu.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, ‎upaya menurunkan harga gas di tingkat konsumen dengan memangkas harga di sisi hulu. Ini membuat investor khawatir untuk menanamkan modalnya pada kegiatan pencarian migas.

"Kami berhadapan sampai sekarang eksplorasi belum meningkat tajam, kalau ada isu-isu investor takut akibat perubahan keekonomian,‎" kata Dwi, saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (16/1/2020).

Menurut Dwi, hal ini akan berisiko kedepannya. Sebab SKK Migas sedang gencar menggaet investor untuk menggarap blok migas di Indonesia.

‎‎"Risiko ke depan memang akan sangat mengganggu upaya kita mengundang investor hulu migas," ujarnya.

 

Sebelumnya, Pelaksana tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, di beberapa negara harus mengimpor gas dalam bentuk gas alam cair (Liqufied Natural Gas/LNG) yang harganya lebih mahal ketimbang gas pipa. Pembeli gas tersebut salah satunya golongan industri.

"Dengan harga ekspor, negara yang beli untuk industri juga," kata Djoko, di Jakarta, Rabu (15/1/2019).

Menurut Djoko, industri yang menyerap gas impor tersebut mampu bersaing dengan negara lain meski gas yang dibei dengan harga yang lebih mahal. Dia menilai hal tersebut disebabkan industri tersebut lebih efisien‎ dalam menghasilkan produknya.

‎ "Kok dia bisa bersaing? artinya industri dia efisien. Nah, saya minta industri dalam negeri juga efisien. karena dengan harga sama negeri lain bisa beli LNG kita (asal Indonesia)," tuturnya.

Djoko berharap, jika nanti harga gas untuk sektor industri sudah diturunkan sesuai dengan keinginan yaitu USD 6 per MMBTU, seharusnya juga diikuti dengan penerapan efisiensi ‎oleh golongan industri.

‎"Kita berharap kalau sudah dapet harga 6, efiseinsi," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.