Sukses

Budi Karya Minta Pemprov DKI Integrasikan Kopaja dengan KRL dan MRT

Budi ingin Pemrov DKI mengintegrasikan angkutan seperti Kopaja, Angkot dan ojek online.

Liputan6.com, Jakarta - PT MRT Jakarta (Perseroda), dan PT Kereta Api Indonesia (Persero) baru saja menandatangani Perjanjian Pemegang Saham dan Perjanjian Penataan Stasiun Terintegrasi antara PT MRT Jakarta Perseroda dan PT Kereta Api Indonesia Persero. Dalam kerja sama ini kedua belah pihak akan melakukan revitalisasi 74 stasiun kereta api dan juga mengintegrasikan antara moda transportasi darat dan transportasi berbasis rel.

Ditahap awal, akan ada empat stasiun yang jadi model integrasi yaitu stasiun Pasar Senen, Stasiun Juanda, Stasiun Sudirman dan Stasiun Tanah Abang. Menanggapi itu Menteri Perhubungan Budi Karya Sumandi mengingatkan Pemprov DKI untuk mendesain akomodasi transportasi darat.

Budi ingin Pemrov DKI mengintegrasikan angkutan seperti Kopaja, Angkot dan ojek online. Terutama angkutan ojek online yang tidak bisa dikesampingkan.

"Tolong akomodasi ojol karena secara de facto ini angkutan yang tidak bisa dikesampingkan (kehadirannya)," kata Budi di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (10/1/2020).

Rencana dibangunnya stasiun terintegrasi ini akan menghasilkan kawasan Transit Oriented Development (TOD) dan mendapatkan bonus KLB dan sejenisnya. Untuk itu dia meminta pada pihak terlibat untuk memberikan intensif.

Tujuannya untuk mengatur agar transportasi massal lebih maksimal saat beroperasi. "Seperti dukuh atas yang jadi sentral kita harus dorong untuk intensitas, juga di tempat-tempat lain," kata Budi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Biaya Angkutan Massal

Dia ingin di masa depan pembangunan TOD akan dilakukan pelelangan setengahnya. Lalu pemilik tanah juga bisa berkontribusi. Sehingga biaya angkutan massal akan lebih ringan.

Saat ini, PT KAI dalam sehari telah melayani 1,2 juta penumpang di wilayah Jabodetabek. Jumlah Ini baru 25 persen dari jumlah pengguna transportasi. Sebab idelanya 60 persen penduduk menggunakan transportasi umum massal.

"Ini jadi titik awal kita untuk sampai ke situ," tutup Budi.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.