Sukses

Begini Prediksi Bank Dunia tentang Kondisi Ekonomi Global di 2020

Pertumbuhan ekonomi pada 2019, merupakan yang paling lambat sejak terjadinya krisis keuangan.

Liputan6.com, Jakarta  Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi global sedikit membaik pada tahun ini dibandingkan 2019, yang kinerjanya melemah. Ekonomi dunia diprediksi tumbuh 2,5 persen, naik  tipis dari tahun lalu sebesar 2,4 persen.

Melansir laman BBC, Kamis (9/1/2020), pertumbuhan seiring pulihnya perekonomian yang diharapkan terjadi pada beberapa negara berkembang yang mengalami kesulitan di 2019.

Namun, kondisi ini masih dibayangi pertumbuhan yang melambat di Amerika serikat dan beberapa negara berkembang lainnya.

Pertumbuhan ekonomi pada 2019, merupakan yang paling lambat sejak terjadinya krisis keuangan. Prediksi angka moderat pada tahun ini masih karena ketidakpastian global.

Perubahan masih tergantung pada perbaikan di beberapa negara berkembang. Seperti ekonomi India, diprediksi pulih usai melambat dibandingkan tahun lalu. Ekonomi Brazil juga diprediksi tumbuh lebih kuat.

Pertumbuhan ekonomi di Meksiko dan Turki juga diprediksi membaik usai mencatatkan pertumbuhan di 2019. Ekonomi Argentina akan terus berkontraksi lebih lambat daripada dalam dua tahun terakhir.

Perkiraan Bank Dunia juga menyebutkan jika kegiatan ekonomi di Iran akan menurun tahun ini. Pertumbuhan baru terjadi pada tahun 2021. Kalaupun prediksi itu tidak terjadi, maka ekonomi Iran bisa membaik. Namun ketegangan politik dan kekerasan yang telah meletus dalam beberapa hari terakhir ini dapat dengan mudah merusaknya.

Bank Dunia memperingatkan risiko terhadap kondisi ini. Iran menjadi pengingat jika konflik di Timur Tengah berbahaya karena selalu  memberikan konsekuensi ekonomi. Perlu diketahui jika laporan Bank Dunia ditulis sebelum peristiwa konflik Iran dan AS terjadi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kondisi Lain

Laporan juga menyebutkan jika gangguan pada produksi minyak Saudi berpotensi menjadi ketegangan baru di Timur Tengah. 

Ekonom Bank Dunia dan salah satu penulis laporan Franziska Ohnosorge mengatakan, bila harga minyak naik akan mempengaruhi banyak negara. Seperti beberapa kejadian di masa lalu, ketika masalah di Timur Tengah menjadi penyebab harga minyak lebih tinggi dan berkontribusi pada resesi global.

Ketegangan perdagangan dikatakan juga bisa menjadi masalah yang bisa mempengaruhi pertumbuhan global. Seperti perselisihan antara AS-Cina.

Saat ini, meski kedua negara telah membuat kesepakatan yang Presiden Donald Trump sebut sebagai fase satu. Namun kenyataannya masih sangat jauh dari penyelesaian secara keseluruhan.

Bank Dunia tampaknya sangat menyadari bahwa kemajuan pembicaraan kedua dapat dengan mudah berubah dan ketegangan perdagangan bisa kembali muncul.

Ada kekhawatiran pula tentang penumpukan utang yang cepat di negara-negara berkembang. Di mana, gelombang akumulasi utang dimulai setelah krisis keuangan global.

"Peningkatan utang di negara-negara ini sudah lebih besar, lebih cepat, dan lebih luas daripada tiga gelombang sebelumnya,” jelas dia.

Reporter : Helena Yupita

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.