Sukses

YLKI Minta Masyarakat Tak Tergiur Pesta Diskon Tahun Baru

YLKI mengimbau agar konsumen tetap kritis dan waspada terhadap pesta diskon tahun baru.

Liputan6.com, Jakarta - Jelang tahun baru, biasanya dimeriahkan dengan pesta diskon yang gencar dilakukan oleh para pelaku usaha ritel dan pengelola mal. 

Pesta diskon tersebut bukan hanya menawarkan berbagai potongan harga besar-besaran, tapi juga dengan berbagai strategi marketing lain, seperti beli dua gratis satu, bahkan beli tiga pun gratis satu. 

Menanggapi hal tersebut, Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengimbau agar konsumen tetap kritis dan waspada terhadap pesta diskon tersebut, sebab pada akhirnya pesta diskon tersebut dapat menggerus kantong masyarakat.

"Paradigma konsumen menjadi konsumtif, membeli sesuatu yang tidak dibutuhkan," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (30/12/2019).

Selain itu, pesta diskon sejatinya bukan hal yang baru, sebab pesta diskon setiap hari juga diberikan oleh retailer fashion di semua supermarket. 

Pesta diskon juga harus diwaspadai, lanjut Tulus, sebab alih-alih mendapatkan produk fashion yang baik, malah mendapatkan yang levelnya apkiran, model yang sudah usang, dan bahkan fashion yang mempunyai cacat tersembunyi.

"Maksud hati meraih diskon bejibun, tetapi ending-nya malah konsumen merugi. Jangan sampai konsumen gigit jari," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jelang Harbolnas, YLKI Minta Konsumen Jangan Termakan Iming-Iming Diskon

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengimbau masyarakat tak terjerat perilaku konsumtif menjelang Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 11 November 2019.

Dia bilang, perilaku belanja berbasis daring (online) makin digandrungi masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda milenial. Harga yang lebih murah menjadi pertimbangan utama, apalagi masih diiming-imingi diskon, cash back, pay later, dan lainnya.

"Pertama konsumen tetap harus mengedepankan perilaku belanja yang kritis dan rasional. Belanjalah berdasar pada kebutuhan bukan keinginan. Jangan terjerat bujuk rayu diskon, sebab banyak diskon hanyalah gimmick marketing alias diskon abal-abal," ujarnya Minggu (10/11/2019). 

Selain itu, Tulus juga bilang konsumen harus mengedepankan kewaspadaan dan kehati-hatian dalam berbelanja online. Cermatilah profil pelaku usaha dari market place yang menawarkan belanja online yang bersangkutan.

"Jangan sampai konsumen dirugikan oleh transaksi belanja online dari market place yang tidak kredibel. Alih-alih untung, konsumen malah tertipu. Sebab berdasar data pengaduan YLKI selama 5 tahun terakhir, pengaduan belanja online selalu menduduki rating tiga besar," ujarnya.

"Dan ironisnya prosentase pengaduan tertinggi yang dialami konsumen adalah barang tidak sampai ke tangan konsumen. Artinya, masih banyak persoalan dalam belanja online dalam hal perlindungan konsumen," kata dia.

Dari segi pelaku usaha, Tulus berujar para pelaku market place juga harus mengedepankan strategi promosi, iklan dan marketing yang bertanggung jawab dan menjunjung etika bisnis yang transparan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.