Sukses

Bank Dunia: Kebakaran Hutan Bikin Indonesia Rugi Rp 72,95 Triliun

Kebakaran hutan tahun ini merupakan yang terparah sejak 2015.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia (World Bank) merilis total kerugian Indonesia akibat kebakaran lahan dan hutan di Indonesia sepanjang 2019. Tahun ini, Indonesia harus menanggung kerugian sebesar USD 5,2 miliar atau sekitar Rp72,95 triliun dengan asumsi nilai tukar rupiah 14.000 per dolar AS.

Dalam laporannya, Bank Dunia menyebut, kebakaran hutan tahun ini merupakan yang terparah sejak 2015. Kebakaran tersebut menimbulkan asap tebal di delapan provinsi antara lain Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Raiu, Kalimantan Barat, Jami, Kalimantan Timur, dan Papua.

"Tidak seperti kebaran di hutan kawasan Amerika Utara, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia adalah perbutana manusia dan telah menjadi permasalahan kronis tahunan sejak 2017 lalu," demikian dikutip dari laporan Bank Dunia, Jakarta, Rabu (11/12/2019).

Kebakaran tidak hanya melalap hutan dan lahan tetapi juga membuat masyarakat menderita penyakit pernafasan. Setidaknya, terdapat 900.000 penduduk yang mengalami masalah kesehatan pernapasan, 12 bandara nasional mengalami gangguan operasional.

Kebakaran hutan juga berpengaruh terhadap kondisi perekonomian dalam negeri. Sebab, produksi dari komoditas tanaman hutan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperbaiki masa tumbuh dan panennya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penurunan Pertumbuhan Ekonomi

Bank Dunia memperkirakan terjadi penurunan pertumbuhan sekitar 0,09 dan 0,05 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia masing-masing tahun 2019 dan 2020 akibat kebakaran hutan. Secara keseluruhan ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5 persen untuk 2019 dan 5,1 persen untuk 2020.

"Kebakaran hutan dan kabut asap yang terjadi secara berulang juga meningkatkan persepsi global terhadap produk minyak kelapa sawit asal Indonesia. Hal tersebut terlihat dari merosotnya permintaan dari negara-negara Eropa juga rencana Uni Eropa untuk tak lagi menggunakan bahan bakar alami berbasis minyak kelapa sawit mulai 2030 mendatang."

 Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.