Sukses

Pendapatan BUMN Capai Rp 210 Triliun, 76 Persennya Disumbang 15 Perusahaan

Menteri BUMN Erick THohir tidak ingin pendapatan BUMN selalu mengandalkan 15 perusahaan saja.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan bahwa pendapatan yang diraih dari seluruh BUMN hingga akhir November 2019 mencapai Rp 210 triliun. Sayangnya, hanya sedikit perusahaan yang mampu menyumbang pendapatan tersebut. 

Erick menjelaskan, saat ini terdapat 142 BUMN yang beroperasi di Indonesia. Dari jumlah tersebut hanya sedikit yang menyumbang pendapatan. Tepatnya, 76 persen dari total Rp 210 triliun hanya disumbang dari 15 perusahaan.

"Bagaimanapun, mengatur dan me-manage 142 BUMN memang hal yang unik dan tidak mudah. Dari pendapatan Rp 210 triliun, 76 persennya berasal dari 15 perusahaan saja," ujar Erick dalam pemaparannya di rapat bersama Komisi VI DPR di Jakarta, Senin (2/12/2019). 

Posisi ini, menurut Erick, bukan sebuah prestasi. Erick juga tidak ingin pendapatan BUMN terus mengandalkan 15 aperusahaan tersebut.

"Tidak ada yang tahu ke depannya seperti apa. Perbankan saja nasibnya tidak tahu 10 tahun ke depan akan bagaimana, kalau sudah ada e-payment dan lain-lain," tutur Erick.

Oleh karenanya, Erick akan melakukan antisipasi dan mencari jalan keluar agar posisi keuangan seluruh kementerian BUMN bisa merata dan sehat.

"Nah ini, bagaimana strategi jangka menengah hingga jangka panjangnya, kami bukan hanya menyelesaikan tugas tapi bagaimana membangun fondasi, agar ke depan siapapun yang menjalankan bisa ikut transparan," tutup Erick.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sri Mulyani Sebut 7 BUMN Masih Rugi meski Dapat Suntikan Modal Pemerintah

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengakui bahwa alokasi Penyertaan Modal Negara (PMN) yang diberikan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selama periode 2015-2018 belum berjalan optimal. Hal itu tercermin dari adanya tujuh BUMN yang masih saja mengalami kerugian pada 2018.

Sri Muyani merincikan secara tren kinerja keuangan BUMN penerima PMN sejak 2015 dan 2016 masing-masing mengalami pencapaian sama. Pada periode itu, dari beberapa BUMN yang disuntik modal pemerintah masing-masing sebanyak 33 perusahaan BUMN mengalami keuntungan dan delapan mengalami kerugian.

Pada 2017 kemudian, tren kerugian BUMN mengalami penurunan dengan banyaknya Perseroan yang mengalami keuntungan. Adapun pada periode itu, hanya tiga BUMN yang merugi, sementara 38 BUMN tercatat hasil positif. 

Namun pada 2018, Bendahara Negara itu menyayangkan lantaran BUMN yang mengalami kerugian kembali naik sebanyak tujuh perusahaan. Sementara yang mengalami keuntungan sebanyak 34 Perseroan.

"Kerugian pada tujuh BUMN yaitu PT Dok Kodja Bahari, PT Sang Hyang Seri, PT Power Solution Indonesia, PT Dirgantara Indonesia, PT Pertani, Perum Bulog, dan PT Krakatau Steel," katanya dalam rapat di Komisi XI, di DPR RI, Jakarta, Senin (2/12).

Sri Mulyani menyampaikan, kerugin terjadi pada tujuh BUMN itu juga bukan tanpa sebab. Misalnya saja, untuk PT Krakatau Steel beban keuangan selama kontruksi menjadi salah satu utama Perseroan itu mengalami kerugian.

Kemudian untuk, Perum Bulog sendiri terdapat kelebihan pendapatan atas penyaluran rasta sehingga Bulog harus melalukan pembenahan koreksi pendapatan di 2018. Selain itu, kerugian yang disebabkan oleh PT Dirgantara Indonesia yakni akibat adanya pembatalan kontrak dan order tidak mencapai target.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.