Sukses

Pembangunan Jalan Layang Pertama di Sulawesi Tengah Rampung Awal 2020

Jalan layang sepanjang 904 meter menjadi yang pertama di Sulawesi Tengah dan dikerjakan oleh Kementerian PUPR.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah mempercepat pembangunan jalan layang atau Flyover Pantoloan di Kota Palu yang akan menjadi jalan layang pertama di Sulawesi Tengah.

Flyover tersebut dibangun untuk mendukung kelancaran arus lalu lintas Jalan Trans Sulawesi yang melintas di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu, sekaligus untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kemacetan yang diakibatkan Pelabuhan Pantoloan.

"Konstruksinya jalan layang sedang dikerjakan, juga untuk menstimulasi pekerjaan yang lain pasca bencana. Saat ini progresnya mencapai 60 persen dan ditargetkan akan selesai pada awal tahun 2020," kata Wakil Menteri PUPR John Wempi Wetipo dalam pernyataan resminya, Rabu (27/11/2019).

Menurut Wempi, pembangunan jalan layang ini juga dimaksudkan sebagai usaha meningkatkan kegiatan perekonomian dan meningkatkan konektivitas masyarakat Palu.

"Untuk itu perlu tersedianya aksesibilitas dan mobilitas yang memadai dari pusat-pusat perindustrian menuju pelabuhan dan jalur distribusi lainnya, sehingga akan memudahkan para pelaku usaha dan meningkatkan kegiatan perekonomian setempat," ujar Wempi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Biaya APBN

Jalan layang sepanjang 904 meter tersebut menjadi yang pertama di Sulawesi Tengah dan dikerjakan oleh Kementerian PUPR melalui Balai Pelaksnaan Jalan Nasional (BPJN) IV Palu Wilayah II.

Biaya pembangunannya bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar Rp 85 triliun dengan kontraktor PT Pacific Nusa Indah.

Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XIV Palu Satriyo Utomo mengatakan, proyek ini menggunakan teknologi bernama mortar busa atau timbunan ringan berupa campuran antara semen, air, dan pasir busa yang digunakan untuk menimbun oprit (kepala jembatan).

"Teknologi ini sudah diterapkan di beberapa tempat di Jawa, salah satunya di Brebes Exit (Brexit)," terang Satriyo.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.