Sukses

Direktur Indofood: Popularitas dan Relevansi Itu Tidak Sama

Direktur Indofood menyebut faktor eksperimen penting agar mindset tidak terjebak mengikuti tren.

Liputan6.com, Jakarta - Produk mie instan dari Indofood boleh dibilang sudah mendunia. Popularitas itu lantas tidak membuat perusahaan berpuas diri. Upaya memadukan data dan kreativitas pun dilakukan agar merek Indofood tetap relevan terutama bagi anak muda.

Ketika ditanya mengapa berusaha tetap relevan meski produknya sudah populer, Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Axton Salim, berkata popularitas dan relevansi tidaklah sama.

Axton berkata relevansi adalah ketika merek dan konsumen bisa saling terkoneksi.

"Saya pikir dua hal itu (popularitas dan relevansi) berbeda. Relevansi adalah kemampuan untuk menggapai konsumen, bisa ngomong ke konsumennya, bisa connect dengan konsumennya," jelas Axton kepada Liputan6.com pada acara Disrupto di Jakarta, Jumat (22/11/2019).

Axton mengisi panel bertajuk Humanizing Data: The Saga of Data vs Guts dalam acara Disrupto. Dalam diskusi itu, Axton mengajak agar jangan membaca data dengan blindfaith melainkan harus ada observasi agar temuan data itu berbuah positif.

Ia mengaku tidak takut untuk melakukan eksperimentasi kreatif setelah mendapatkan informasi dari data-data. Berkat itu, Axton pun memahami tren kolaborasi yang menginspirasi Chitato Indomie Goreng, serta berhasil membuat tren Hype Abis.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Telat untuk Relevan

Sementara, Strategic Creative Lead ROMP Afianto Makmun berkata relevansi diperlukan agar popularitas tidak hilang begitu saja. Observasi data pun penting agar tidak melihat data sebagai angka statistik belaka, namun sebagai jembatan agar memahami apa yang konsumen suka untuk menjaga relevansi.

"Kadang-kadang kalau sudah populer tapi kita telat untuk menjadi relevan akhirnya bisa jadi enggak populer lagi karena target pasar itu terus berubah Jadi kalau kita tidak berusaha menjaga relevansi, nanti kepopuleran itu akan hilang dengan sendirinya," ujar Afianto yang turut berbicara di panel Humanizing Data.

Ia pun menyebut ada empat proses dalam membaca data secara lebih mendalam dan mengoptimalkannya, yakni observasi, membaca tren, kritis terhadap hasil data dan kemudian eksperimen.

Axton juga menyebut faktor eksperimen itu penting agar mindset tidak terjebak mengikuti tren. Ia pun menekankan pentingnya keberanian melakukan eksperimentasi, meski ada risiko gagal.

"Tentu aja bisa ada situasi-situasi yang gagal jadi itu all by experimentation. Enggak ada satu formula kalau untuk marketing," pungkasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini