Sukses

Kembangkan Industri Halal, Indonesia Jangan Tertinggal dengan Negara Lain

Pada akhir 2023, industri makanan halal akan bernilai USD 1,8 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyebutkan peluang industri halal untuk berkembang saat ini semakin besar. Oleh karena itu Indonesia jangan sampai tertinggal oleh negara lain.

Gubernur BI, Perry Warjiyo mengungkapkan tantangan perkembangan industri halal global yang dapat dimanfaatkan Indonesia, yaitu potensi pasar industri halal global yang semakin meningkat sejalan dengan populasi penduduk muslim sebanyak 1,84 miliar atau sekitar 24,4 persen dari populasi dunia.

"Potensi pengembangan sektor usaha berbasis syariah serta halal telah menjadi pilihan gaya hidup baik bagi muslim maupun non-muslim," kata dia, di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (14/11/2019).

Dia memaparkan data menurut Global Islamic Economy Report, pada akhir 2023, industri makanan halal akan bernilai USD 1,8 triliun, industri pariwisata halal akan bernilai USD 274 miliar, dan industri mode halal akan bernilai USD 361 miliar.

Potensi tersebut, lanjutnya, harus didukung dengan langkah antisipatif untuk menjawab beberapa tantangan antara lain, perkembangan digitalisasi, perlunya konvergensi internasional, tata kelola industri halal dan regulasi yang tepat di seluruh dunia.

"Termasuk mekanisme pembiayaan syariah yang dapat dipertanggungjawabkan dan selalu berusaha menghasilkan barang dan jasa yang halal," tutupnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ekonomi Syariah Diklaim Mampu Tangkal Kondisi Pelemahan Global

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyebut bahwa perkembangan ekonomi syariah di Tanah Air dapat memberi sinyal positif di tengah melambatnya perekonomian global. Sebab, potensi pasar keuangan syariah sendiri cukup besar untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.

"Perkembangan ekonomi syariah tidak hanya tingkatkan inklusi keuangan Indonesia, tapi juga dalam rangka menangkal kondisi pelemahan dunia," kata Perry saat ditemui di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (13/11/2019). 

Perry mengatakan, saat ini baru ada sekitar 40 persen inklusi keuangan dari ekonomi Indonesia. Dengan berkembanganya ekonomi syariah, maka untuk mencapai angka 100 persen bukan lagi tidak mungkin.

Apalagi pemerintah juga terus mendorong beberapa segmentasi yang menjadi kekuatan pasar ekonomi syariah, di antaranya yakni melakukan pengembangan di lini pesantren, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), industri pariwisata, industri halal, hingga yang lainnya.

"Itu adalah pasar potensi sumber dari daya dukung ekonomi segmen itu perlu dikembangkan. Sehingga jadi daya dukung ekonomi ke depan dalam rangka mitigasi hadapi dampak global ekonomi," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.