Sukses

Resesi Hongkong dan Singapura Tak Pengaruhi Ekonomi Indonesia

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan faktor resesi kedua negara tersebut lebih karena faktor internal

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, resesi Hongkong dan Singapura tidak akan berdampak besar pada perekonomian Indonesia. Resesi kedua negara tersebut dinilai terjadi sebagian besar disebabkan oleh faktor internal.

"Ya kalau perekonomian Indonesia kan kita punya domestik market yang cukup bagus. Memang kan selama ini Singapura dan Hongkong sudah slow down. Apalagi Hongkong terkait dengan banyaknya persoalan internal," ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/10/2019).

Airlangga mengatakan, pemerintah Indonesia kini sudah memiliki strategi untuk menangkal dampak resesi serta menghindar dari resesi. Langkah tersebut adalah terlibat dalam negosiasi pakta perdagangan bebas Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP).

"Oleh karena itu kita bahas terkait blok baru yang namanya RCEP. Jadi RCEP ini kan east asia FTA. Dan ini adalah terbesar dibandingkan seluruh blok perdagangan. Makanya kemarin dalam pembicaraan 15 negara sudah setuju, dan untuk berbasis text tinggal kita legal scrubbing dan India punya waktu untuk berbicara secara internal," jelasnya.

Airlangga menambahkan, hubungan perdangan Hongkong dan Indonesia selama ini sebagian besar terkait transit perdagangan ke China. Akibat banyaknya konflik internal, perdagangan kini dilakukan langsung menuju China.

"Hongkong kan transhipment ke China, tapi sekarang fungsinya sudah banyak berubah karena sekarang perdagangan dengan China langsung," jelasnya.

 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menko Airlangga Kaji Penurunan Bunga KUR

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan sudah saatnya bunga Kredit Usaha Rakyat alias KUR diturunkan. Diketahui, saat ini bunga KUR berada di level 7 persen.

Dia menjelaskan, di tengah perlambatan ekonomi global, Indonesia mesti terus menjaga daya tahan ekonomi domestik, terutama daya beli dan konsumsi. Mengingat perekonomian Indonesia masih didominasi oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mencakup lebih dari separuh PDB Indonesia.

"Menjaga momentum pertumbuhan di dalam negeri itu tentu terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan daya beli dalam negeri. Karena kan komposisi terbanyak kita kan kita 55 persen dari konsumsi," kata Airlangga, ketika ditemui, di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (1/11/2019).

Mantan Menteri Perindustrian ini menyampaikan, salah satu sektor yang mendapatkan perhatian, yakni UMKM. Sektor ini perlu didukung dengan berbagai kebijakan, termasuk pemangkasan bunga KUR.

"Nah ini tentu kemarin yang kita sedang, sampaikan juga di sidang kabinet termasuk kita sedang mereview untuk usaha kecil menengah. Ini akan kita dorong lagi untuk KUR," jelas dia.

 

3 dari 3 halaman

Ada Ruang

Saat ini pihaknya sedang mengkaji rencana tersebut. Namun demikian, dia mengatakan turunnya ekonomi global dan tingkat suku bunga BI, ditambahkan inflasi yang terkendali, memberi ruang bagi penurunan bunga kredit KUR.

"Kita akan koordinasikan, (KUR) ditingkatkan jumlahnya dan juga beban suku bunganya dengan inflasi masih terkendali kemudian tingkat suku bunga menurun, Amerika juga turun, kita sudah waktunya juga untuk menurunkan tingkat suku bunga KUR. Ini kita sedang melakukan pelajari juga," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.