Sukses

Jurus Sri Mulyani Tekan Defisit Transaksi Berjalan

Iklim investasi sejauh ini juga tidak begitu bagus lantaran kondisi Defisit Transaksi Berjalan yang dihadapi Indonesia memprihatinkan.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati membeberkan upaya pemerintah dalam menekan defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit /CAD). Salah satunya yakni dengan cara memperkuat industrialisasi dalam negeri.

"Bagaimana kita memperkuat industrialisasi, perizinan sehingga jauh lebih simpel, dan mendukung industri dan berbagai instrumen yang akan dievaluasi," kata Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (31/10).

Menurut dia, iklim investasi sejauh ini juga tidak begitu bagus lantaran kondisi CAD yang dihadapi Indonesia memprihatinkan. Sehingga, pemerintah perlu benar-benar serius dalam menekan CAD.

"Kemarin sidang dan kabinet, melakukan presentasi, untuk berikan jangkar. Menko, jelas bahwa iklim investasi dipengaruhi CAD dan Neraca Dagang. Itu dihadapkan CAD itu menghalangi tumbuh berkelanjutan," kata Sri Mulyani.

 

Bendahara Negara ini menambahkan, pada prinsipnya memang untuk menekan CAD tidak bisa dilakukan hanya dalam satu kementerian saja. Sebab, ini perlu dilakukan oleh seluruh sektor ataupun kementerian lembaga.

"Lebih ke team work itu yang ditekankan presiden dalam kabinet 1 minggu pertama. Dari fiskal, dukung prioritas nasional. Untuk menciptakan domestik demand, ada pada produktivitas.

Seperti diketahui, pada kuartal I-2019 Bank Indonesia (BI) mencatat CAD berada di level 2,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), jauh lebih besar ketimbang CAD pada kuartal I-2018 yang berada di level 2,01 persen dari PDB.

Kemudian pada kuartal II-2019, CAD membengkak menjadi 3,04 persen dari PDB. CAD pada tiga bulan kedua tahun ini juga lebih besar dalam ketimbang capaian pada periode yang sama tahun lalu di level 3,01 persen dari PDB.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sri Mulyani Minta Pengusaha Tak Ikut Suram Hadapi Tekanan Ekonomi Global

Menteri Kuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menginginkan agar para pengusaha dapat menggenjot permintaan domestik dalam negeri. Ini menjadi salah satu cara keluar dari ketidakpastian ekonomi global.

"Dalam lingkungan global yang tidak pasti, domestik demand harus dijaga dan diperkuat. Stance kebijakan fiskal adalah kontra siklus," kata Sri Mulyani dalam sambutannya di acara CEO Networking 2019 di Jakarta, Kamis (31/10/2019).

BACA JUGA

Lindungi Produk Lokal, Impor Tekstil Bakal Dikenakan Bea Masuk Keadaan saat ini kerap kali membuat pelaku usaha lebih memilih untuk wait and see dalam menjalankan bisnisnya. Lantaran psikologi pelaku usaha terpengaruhi oleh berbagai kondisi dan proyeksi ekonomi global.

"Kami sangat menyadari tantangan global ini, kami terus menerus memberi sinyal pelaku pasar, ekonomi kita punya potensi yang besar, jangan ikut gloomy [suram], karena sekarang ini psychological driven weaknesses," imbuh dia.

Menurut dia, pelaku usaha dalam negeri tak perlu menjadi pesimistis dalam menghadapi gejolak ekonomi global. Lantaran, proyeksi pelemahan global selalu terjadi setiap tahunnya, namun ekonomi Indonesia tetap mampu tumbuh.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mampu tumbuh disekitaran 5 persen, itu potensi yang besar," katanya.

Bendahara Negara ini menambahkan, pertumbuhan ekonomi yang terjaga tersebut menunjukkan Indonesia masih memiliki ketahanan ekonomi ditengah ketidakpastian global. Juga masih memiliki daya tarik bagi inevestor.

Oleh karena itu, pihaknya bersama pemangku kebijakan lain yakni Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sangat menyadari berbagai tantangan yang dihadapi saat ini. Sehingga sinergi kebijakan terus dilakukan untuk mendorong laju perekonomian domestik.

Di samping itu, pihaknya sudah menyiapkan kebijakan fiskal melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan peningkatan belanja pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Hal ini tercermin dari proyeksi defisit APBN 2019 menjadi 2 persen sampai 2,2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih lebar dari tahun lalu yang 1,72 persen dari PDB.

"Kita berharap dengan organisasi pemerintah lebih baik dan efektif, maka optimisme bisa ditularkan ke dunia usaha. Sehingga dunia usaha tidak wait and see lagi," ungkapnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.