Sukses

Menteri Susi Tak Pernah Mau Ubah Kebijakan Penenggelaman Kapal

Menteri KKP menegaskan tak penah mau mengubah kebijakan peneggelaman kapal dengan pelalangan kapal

Liputan6.com, Jakarta - Nampaknya, kebijakan penenggelaman kapal yang diinisiasi oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tidak bisa digoyahkan begitu saja. Pasalnya, dirinya menilai kebijakan tersebut efektif memberi efek jera terhadap pelaku illegal, unreported and unregulated (IUU) fishing.

Ketika ditanya apakah melelang kapal tangkapan bisa jadi alternatif lain kebijakan, Susi dengan tegas menyatakan menenggalamkan adalah sikap terbaik yang harus diambil.

"Ya, sudah jelas tenggelamkan dong. Kalau dilelang, nanti ditangkap lagi. Kita berapa kali menangkap, sudah begitu dilelang, dibeli sama yang punya (kapal), lalu nangkap lagi. Memangnya kita kurang kerjaan," ujar Susi Pudjiastuti saat ditemui di Gedung Mina Bahari 4 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Senin (14/10/2019).

Susi menjelaskan, kalau dilelang, kapal tersebut kemungkinan besar bisa dipakai untuk mencuri ikan lagi. Sehingga, jalan terbaiknya adalah dengan menenggelamkannya.

Namun dalam konteks tertentu, bisa saja kapal tersebut dijadikan monumen untuk pelatihan atau digunakan untuk hal lain selain dilelang.

"Ya, satu, dua kapal bisa, lah (dijadikan monumen), tidak ditenggelamkan. Tapi selebihnya ditenggelamkan," tutur Susi.

Sebagai informasi, Indonesia menunjukkan komitmennya dalam memusnahkan bentuk IUU fishing dengan mengadakan pertemuan dengan aparat hukum di seluruh dunia. Kali ini, KKP bersama INTERPOL kembali menggelar Regional Investigative and Analytical Case Meeting (RIACM) di Jakarta. Susi bersama dengan perwakilan INTERPOL berdiskusi seputar perkembangan kasus kapal STS-50 dan MV Nika.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

5 Tahun Jadi Menteri Jokowi, Susi Pudjiastuti: Senang Luar Biasa

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengaku, terlalu banyak kesan yang didapatnya selama menjadi menteri pada kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla atau Jokowi-JK.

Hal ini dikatakan Susi usai menghadiri sidang kabinet paripurna terakhir pemerintahan Jokowi periode 2014-2019 Dia mengaku mendapat banyak pengalaman luar biasa selama lima tahun menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan.

"Terlalu banyak (kesan) buat diomong. Luar biasa," ucap Susi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis 3 Oktober 2019.

Susi menyebut, Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla ada sosok yang luar biasa. Dia pun senang dapat bekerja di bawah komando dua tokoh itu.

"Saya kan seumur hidup tidak pernah kerja buat orang, baru kali ini, ya saya pikir senang luar biasa," kata dia.

Selama menjadi menteri, Susi mengatakan telah bekerja semampunya membantu Jokowi dan JK membangun Indonesia. Itulah pengalaman yang berharga baginya.

"Ya namanya kita mencoba membantu beliau-beliau dalam membangun negara ini ya kita usahakan semampunya. Was great time," tutur Susi.

Saat ditanya apakah bersedia apabila kembali diminta Jokowi untuk menjadi menteri, Susi enggan berandai-andai. Namun, jikalau tak jadi menteri, Susi berharap penggantinya dapat bekerja lebih baik darinya.

"Ya jaga kedaulatan, keberlanjutan dan kesejahteraan," kata Susi Pudjiastuti.

3 dari 3 halaman

Sosok Menteri Susi

Sebagai informasi, Menteri Susi pernah menjadi salah satu dari 100 orang berpengaruh dunia versi Global Thinkers. Susi masuk dalam kategori pertahanan dan keamanan.

Cara-cara yang dilakukan oleh Susi cukup kontroversial karena menggunakan taktik menakut-nakuti. Salah satunya dengan meledakkan kapal pencuri ikan.

Kebijakan yang dijalankan oleh Susi ini cukup efektif mengurangi pencurian ikan dan berdampak pada berlimpahnya stok ikan di Indonesia.

Sebelum ditunjuk Jokowi menjadi menteri, dia adalah seorang pengusaha pemilik Susi Air. Saat pelantikan, Susi menuai beragam kontroversi mulai dari memiliki tato di bagian tubuhnya hingga jenjang pendidikannya yang hanya lulusan SMP.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.