Sukses

Cerita Menteri Susi Jatuh Cinta pada Natuna

Menteri Susi meminta para petugas di lapangan untuk terus berkomitmen dalam menjaga kedaulatan laut di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Natuna, Provinsi Riau. Selain meresmikan operasional Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT) yang berada di Selat Lampa pada Senin kemarin, Menteri Susi juga menenggelamkan empat kapal pencuri ikan (illegal fishing) asal Vietnam di perairan Natuna.

Dalam kunjungan kerja tersebut, Menteri Susi beberapa kali memberikan isyarat perpisahan kepada masyarakat sekitar. Seolah menandakan bahwa dirinya tak lagi menjabat dan masuk ke kursi pemerintahan Jokowi jilid II.

"Bapak ibu sekalian ini barangkali kunjungan saya sebagai menteri terakhir mungkin saya tidak bisa berkunjung lagi sampai tanggal 20 Oktober 2019," kata Menteri Susi seperti ditulis, Selasa (8/10/2019).

Tak luput, Menteri Susi juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pemerintah Kabupaten Natuna serta pada masyarakat sekitar yang menerima kedatangannya dengan baik selama melakukan kunjungan kerja ke Natuna. Bahkan, dirinya mengaku tertarik dan jatuh cinta dengan Natuna.

"Jadi kalau saya sudah tidak lagi jadi menteri datang ke sini, iya tolong bapak dan ibu tetap ramah saja kepada saya. Boleh toh Pak Bupati? Iya, karena saya senang lautnya," kata dia.

Meski mengaku cinta dengan kondisi laut Natuna, ada beberapa hal yang membuat dirinya sedih. Itu karena ekosistem di bawah laut yang semakiin hari tergerus akibat penangkapan-penangkapan ikan dilakukan dengan cara terlarang. Baik itu dengan pengeboman hingga alat tangkap yang dapat merusak ekosistem bawah laut lainnya.

"Saya sedih kalau snorkling tidak ada isinya, Pak. Itu aja. Begitu berenang lihat ke bawah enggak ada apa apanya sedih, Pak," keluh Menteri Susi.

Melihat kondisi tersebut, dirinya pun meminta para petugas di lapangan untuk terus berkomitmen dalam menjaga kedaulatan laut di Indonesia. Utamanya menindak tegas para pencari ikan yang melakukan penangkapan secara terlarang.

"Dan saya berharap seluruh petugas di sini akan terus komitmen dan terus teguh menjaga kedaulatan laut untuk menjaga keberadaan dari natuna ini. Natuna sangat penting dan strategis untuk Indonesia," tandasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menteri Susi Siap Cabut Izin Pengusaha yang Tangkap Ikan Pakai Potasium

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengaku geram dengan para pengusaha ikan hidup yang cara penangkapannya menggunakan cara-cara terlarang. Dia pun mengancam akan menutup izin penjualan ikan hidup, apabila masih saja menggunakan jenis alat tangkap seperti potassium dan jaring-jaring berukuran kecil.

"Ini harus segera dihentikan. Kalau tidak saya janji kalau masih sempat saya akan menutup izin untuk ikan hidup keluar," kata Menteri Susi di Natuna, Kepulauan Riau, Jakarta, Senin (7/10/2019).

Menteri Susi pun meminta kepada stakeholder terkait untuk menyisir para nelayan dan memberi peringatan bagi mereka yang terbukti gunakan alat tangap tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Dia pun menyarankan agar para pengusaha beralih menggunakan alat pancing, serta jaring yang berukuran standar.

"Saya minta pengusaha ikan hidup nelayan ikan hidup untuk mengubah cara-cara penangkapan. Jangan dengan cara cara yang dilarang dengan pemerintah. Tolong PSDKP, tolong Pol Air, tolong sama-ama tertibkan yang jaringnya kecil tidak boleh lagi jalan. Kalau mau jalan diganti mata jaringnya dengan jaring yang besar," ucap dia. 

"Kalau semua itu diatur Insyaallah ikan akan tambah banyak bukan tambah kurang. Karena apa yang kecil kecil tertinggal. Jadi, kita yang harus jaga keberlanjutan ini," sambung dia.

Di samping itu, Menteri Susi juga berpuas diri lantaran kebijakan yang dibangun bersama Satgas 115 setidaknya memberikan efek jera khususnya kepada kapal-kapal asing yang melintas di perairan Indonesia. Dengan kebijakan penenggelaman kapal, kini hampir tidak ada lagi kapal-kapal asing memasuki perairan Natuna. Sehingga potensi ikan di laut Indonesia pun melimpah.

"Akhirnya sekarang dengan hilangnya ratusan kapal-kapal ikan asing yang dulu sebagai kota di tengah laut, maka gurita yang tadinya hanya Rp 5.000 sekarang sudah mencapai Rp 50.000 sampai dengan Rp 60.000.

Ikan kakap merah yang tadinya cuma beberapa ribu perak sekarang sudah dua kali lipatnya. Segala kesejahteraan yang masuk dan terasakan oleh masyarakat dengan hilangnya para pencuri ikan," ucap dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.