Sukses

Gelar Seminar Teknologi, CSIS Boyong Robot Tercerdas di Dunia

Robot cerdas bernama Sophia akan berinteraksi dengan audiens dan pada esok hari Presiden Jokowi dijadwalkan akan berdialog dengan Sophia.

Liputan6.com, Jakarta - Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menggelar dialog internasional bertema teknologi dan dampaknya ke masyarakat, ekonomi, dan negara. Sejumlah pakar dari Uni Eropa, Microsoft, Google, dan TED Fellow turut diundang sebagai pembicara.

Dialog digelar selama dua hari pada hari ini, Senin (16/9/2019), hingga besok dan bertajuk Harnessing Frontier Technologies through a Redesigned National, Regional, and Global (Memanfaatkan Teknologi Termutakhir melalui Pendesainan Ulang Arsitektur Nasional, Regional, dan Global).

CSIS pun menghadirkan Sophia, robot tercerdas di dunia. Sophia akan berinteraksi dengan audiens dan pada Selasa (17/9/2019) besok, Presiden Joko Widodo dijadwalkan akan berdialog dengan Sophia dan para audiens.

Bagi yang akrab dengan konten TED, akan ada pidato dari Luke Hutchison, ahli ilmu komputer dan biologi dari TED Fellow. Ia hadir untuk membahas teknologi singularitas, yakni ketika komputer super cerdas menawarkan arus kecerdasan yang tidak memberi ruang bagi intervensi manusia.

Sunny Park dari Microsoft Asia akan berbicara tentang etika teknologi. Isu itu sedang berkembang di tengah kontroversi soal data pribadi dan kecerdasan buatan.

Jake Lucchi, Kepala Konten dan Kecerdasan Buatan dari Google Asia Pacific, hadir untuk membahas cara perkembangan teknologi mengubah model industri dan bisnis dalam praktik usaha. Sementara, Imron Zuhri dari Dattabot Indonesia turut hadir membahas blockchain, big data, dan kecerdasan buatan di negara-negara berkembang.

Selama dua hari, ada empat diskusi panel dengan topik tentang implementasi teknologi masa kini dan masa depan dalam bisnis, ekonomi, dan sektor publik; implikasi terhadap produktivitas ekonomi, sifat pekerjaan, dan inklusi sosial-ekonomi; pendekatan baru terhadap kebijakan ekonomi dan pemerintahan; dan bagaimana kolaborasi regional dan integrasi ekonomi regional dapat memfasilitasi perumusan kebijakan perumusan kebijakan untuk teknologi masa depan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dorong Pertumbuhan Ekonomi, SDM RI Harus Melek Teknologi

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Hanif Dhakiri mengatakan, pemerintah semakin fokus untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Menurutnya, SDM yang terampil menjadi kunci untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.

“SDM juga harus melek teknologi. Jika SDM di Indonesia melek teknologi, maka pertumbuhan ekonomi kita bisa tumbuh hingga 7 persen,” tuturnya di Gedung Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), Senin (19/11/2018).  

Menaker Hanif menambahkan, pembangunan ketenagakerjaan selama 4 tahun terakhir menunjukan kemajuan yang cukup baik. Itu ditunjukan dengan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mencapai 67,26 persen, tingkat pengangguran berada yang rendah yakni 5,34 persen, serta tingkat pekerja yang bekerja sektor formal mencapai 43,16 persen.

“Indonesia memiliki modal yang cukup kuat untuk jadi salah satu kekuatan ekonomi dunia sebagaimana hasil riset McKinsey Global Institute yang meramalkan Indonesia menjadi negara ekonomi terbesar ke-7 di dunia pada tahun 2030,” ujarnya.

  2 dari 3 halaman Tingkatkan Kemampuan Pekerja  Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M. Hanif Dhakiri saat mengunjungi Laboratoriun Pelatihan Politeknik ATMI Sikka (Kampus Cristo re Maumere), NTT.Di sisi lain, Guru Besar Manajemen Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali menerangkan, pergeseran ekonomi ataugelombang shifting yang ada kini melanda di semua sektor, termasuk didalamnya sektor ketenagakerjaan.

“Kuncinya, kita harus melakukan upskilling dan re-training tenaga kerja. Agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan di era teknologi," terang dia.

Lantaran, kata Rhenald, pekerjaan-pekerjaan pada abad ke-20, perlahan-lahan akan digantikan oleh pekerjaan-pekerjaan baru berbasis teknologi di waktu yang akan datang.

"Pekerjaan-pekerjaan lama bisa saja tetap dibutuhkan, sepanjang pelaku bisa memperkaya diri dengan aplikasi teknologi. Semua harus bergerak, termasuk pemerintah dan para pemimpin di daerah," tandasnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.