Sukses

Resesi Ekonomi Berpotensi Bikin Milenial Makin Miskin

Dampak resesi tidak hanya menyasar pebisnis, tapi seluruh pihak yang melakukan kegiatan ekonomi, termasuk generasi milenial.

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini, dunia tengah mengalami ketidakpastian kondisi ekonomi. Perang dagang yang tak kunjung selesai, terutama Amerika Serikat (AS) - China, membuat pelaku ekonomi kebingungan menentukan tindakan. Bahkan bila masih terus berlanjut, bukan tidak mungkin dunia mengalami resesi yang kesekian kalinya.

Dampak resesi tidak hanya menyasar pebisnis, tapi seluruh pihak yang melakukan kegiatan ekonomi, termasuk generasi milenial. Dikutip dari The Atlantic, Rabu (28/08/2019), generasi milenial punya potensi lebih miskin dan menderita dari generasi di atasnya.

Menurut studi, generasi milenial saat ini terperosok ke dalam pasar tenaga kerja terburuk dalam 80 tahun. Pada 2014, pria usia milenial berpenghasilan lebih sedikit daripada pria Gen X saat mereka seusia milenial; dan 10 persen lebih sedikit dari generasi Baby Boomers. Hal yang sama juga menimpa kalangan wanita milenial.

Biaya kuliah bagi para milenial juga meningkat 100 persen. Setelah mereka bekerja, milenial tidak bisa serta merta membeli rumah karena beragam faktor, seperti tidak adanya lahan dan harga properti yang mahal. Akhirnya, mereka mengambil jalan menyewa unit apartemen.

Hal ini tentu berbeda dengan skema kredit rumah, yang mana ketika selesai membayar cicilan, Anda bisa memiliki hunian tersebut, sedangkan jika menyewa, tentu saja properti masih milik tuan tanah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tak Bisa Menabung dan Berinvestasi

Pendapatan rendah, kebutuhan tinggi. Akibatnya, generasi milenial sulit menabung bahkan berinvestasi. Uang mereka habis untuk membayar cicilan, jadi boro-boro memegang saham. Bahkan, sebagian milenial tidak punya tabungan pensiun sama sekali, berbeda dengan generasi sebelumnya yang memiliki tabungan (dari pendapatan bulanan) dan tabungan khusus pensiun.

Ditambah lagi dengan gaya hidup yang kadang menghabiskan uang; utang untuk senang-senang, belanja kopi hampir tiap hari dan sebagainya.

Nilai bersih kekayaan milenial 40 persen lebih rendah dari Gen X di tahun 2001 dan 20 persen lebih rendah dibanding Baby Boom pada akhir 1980-an. Tentu, jika resesi terjadi, golongan yang akan terpuruk pertama kali adalah milenial.

Bisakah generasi milenial menghadapi resesi dengan baik? Tentu, jika pendapatan mereka tiba-tiba naik drastis, perumahan bagus dan murah dibangun dan pemerintah menggelontorkan dana cuma-cuma untuk biaya kuliah. Namun, kemungkinan besar hal itu tidak akan terjadi.

Milenial hanya bisa berprestasi hingga mendapat promosi dan kenaikan gaji, berusaha mencari uang banyak agar kebutuhan sandang, pangan dan papan terpenuhi agar sisa uangnya bisa digunakan untuk menabung dan berinvestasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.