Sukses

Rizal Ramli: 24 Persen Perusahaan di BEI itu Zombie Company

Rizal Ramli menyebut ada 24 perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), tapi kinerjanya masih terpuruk

Liputan6.com, Jakarta Mantan Menteri Keuangan Rizal Ramli mengatakan 24 persen perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) termasuk 'Zombie Company'.

Zombie Company adalah perusahaan yang masih berjalan, tetapi tidak memiliki pendapatan yang cukup untuk menutup utang.

"Hari ini Zombie Company menurut Nikei (lembaga survei indeks) itu ada 24 persen, nyaris seperlima perusahaan yang listing," ujar Rizal saat memberikan paparan dalam sebuah diskusi di Kawasan Tebet, Jakarta, Senin (12/8/2019).

Rizal mengatakan, perusahaan-perusahaan tersebut banyak yang melakukan pembiayaan kembali atau refinancing melalui utang untuk menjalankan operasional perusahaan. Jika berlangsung dalam jangka panjang, tak menutup kemungkinan bisa membuat perusahaan gagal dalam pembiayaan.

"Nikei menggunakan istilah Zombie Company, perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa yang pembayaran bunga utangnya tidak bisa ditutup dari profit. Itu namanya perusahaan zombie," jelasnya.

"Jadi perusahaan yang buat bayar bunganya saja harusnya dari keuntungan bisa nutup, ternyata kagak. Nah perusahaan ini hanya survive dengan refinancing terus-menerus, ya kan restruktur lagi utangnya, cari utang baru buat nutupin utang lama," ujar Rizal Ramli.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bisa Menjadi Pemicu Krisis

Mantan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman tersebut menambahkan jika kondisi ekonomi makro tidak membaik, zombie company ini akan menjadi masalah besar yang bisa menyebabkan krisis ekonomi.

"Kalau makro ekonominya mendukung, pertumbuhan ekonomi 6 sampai 8 persen ini tidak kejadian, bisul-bisul ini tidak akan meledak. Tapi karena makro ekonominya juga anjlok ke 4,5 persen macam-macam akhirnya bisulnya mulai kelihatan semua dan kalau meledak terjadilah krisis yang sesungguhnya," ucapnya.

3 dari 3 halaman

Rizal Ramli Ramal Ekonomi Indonesia Cuma Tumbuh 4,5 Persen di 2019

Ekonom senior Rizal Ramli meramal pertumbuhan [ekonomi Indonesia](bisnis "") tahun ini di kisaran angka 4,5 Persen. Prediksi tersebut dengan mempertimbangkan seluruh faktor ekonomi makro yang terus menurun dalam beberapa waktu terakhir.

"Kami ingin mengatakan bahwa ekonomi Indonesia akan nyungsep, paling hanya 4,5 persen. Karena sampai sekarang pun baru 5,05 persen," ujar Rizal Ramli di acara diskusi di Kawasan Tebet, Jakarta, Senin (12/9/2019).

Salah satu ekonomi makro yang terus menurun seperti current account defisit (CAD) merosot ke USD 8 miliar. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah jangan sampai kondisi ini membuat Indonesia harus mengalami krisis seperti 1997 dan 1998.

"Indikator makro menunjukkan makin merosot. Grafik CAD makin merosot sampai terakhir USD 8 miliar. PDB juga meningkat lumayan besar dan ini membahayakan. Dulu juga terjadi 1998 kayak gini. Cuman seperti biasa pejabat kita kepedean sibuk bantah-bantah," jelasnya.

Mantan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman tersebut menambahkan, pemerintah ke depan harus memperbaiki seluruh komponen ekonomi makro agar pertumbuhan semakin besar. Selain itu, dia juga meminta pemerintah tidak menjadikan ekonomi sebagai proyek.

"Saya ingin mengatakan bahwa ekonomi bukan proyek. Mohon maaf [ekonomi](bisnis "") bukan hanya itu, tapi indikator lain juga seperti daya beli, pekerjaan dan macam-macam. Kalau hanya proyek bisa jebol nanti," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Rizal Ramli kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia
    Rizal Ramli kini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia

    Rizal Ramli

  • Bursa Efek Indonesia atau BEI adalah salah satu tempat yang memperjualbelikan saham, obligasi, dan sebagainya di Indonesia.

    BEI