Sukses

Jadi Rumah bagi Unicorn, RI Harus Fokus Bangun Tol Langit

Pengamat menilai masih banyak yang perlu dibenahi pemerintah agar mampu menciptakan ekosistem yang baik bagi unicorn.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah kerap membanggakan empat unicorn atau perusahaan rintisan (startup) yang valuasinya mencapai di atas USD 1 miliar. Keempat Unicorn yang dimaksud, yakni Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka. Sayangnya, keempat unicorn tersebut oleh Google Temasek diakui sebagai milik Singapura.

Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi mengatakan sesungguhnya masih banyak hal yang perlu dibenahi pemerintah agar mampu menciptakan ekosistem yang baik bagi tumbuh kembang startup tanah air. 

"Ekosistem yang bagus itu tidak semata-mata infrastruktur fisik. Kalau bicara ada tol langit, iya itu perlu. Kolaborasi antara pemerintah, industri, kampus, dan komunitas," kata dia, saat dihubungi Merdeka.com, Selasa (30/7).

"Kita tidak berhasil memetakan ini unicorn makhluk seperti apa, treatment seperti apa. Sering kali treatment-nya salah. Dari Kementerian Perhubungan, Kemenkominfo. Bahkan antara Kementerian saja mereka punya visi yang berbeda terkait pengembangan unicorn lokal ini," imbuhnya.

Sebagai contoh dia menyebut Silicon Valley. Menurut dia, Silicon Valley menjadi begitu berkembang dan maju karena adanya kerja sama yang erat antara semua pihak yang terlibat dalam startup.

"Di Silicon Valley. Karena di sana ada ekosistem berkembang. Inovatornya, di sana juga ada kampusnya, ada California Berkeley dan juga ada Stanford, mereka berkolaborasi. Di sana juga ada Pemerintah yang menggunakan inovasi dari startup di Silicon Valley. Kemudian ada komunitas yang berkembang. Para inovator sendiri diberi ekosistem," urai dia.

"Silicon Valley secara infrastruktur mereka memang tidak terlalu hebat. Tapi yang membuat Silicon Valley sangat diminati karena tadi kolaborasinya," ujarnya.

Selain itu peraturan di Indonesia pun harus dibenahi. Hal ini penting agar peraturan yang berlaku dapat selaras zaman.

"Peraturan yang dipakai pun sudah ketinggalan zaman. Transportasi, Kementerian Perhubungan masih menggunakan peraturan yang tidak kompatibel dengan perkembangan terkini," tandasnya.   

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Alasan Unicorn Tumbuh Cepat di Indonesia

Menteri Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Rudiantara menyebutkan, merupakan tugas pemerintah untuk mempermudah dari sisi regulasi untuk pertumbuhan unicorn di dalam negeri. 

Hal ini ia ungkapkan lantaran banyak kabar yang beredar, unicorn banyak didanai oleh pihak asing. Kata dia, unicorn justru membawa banyak kemudahan bagi hidup masyarakat.

"Unicorn itu cara baru untuk selesaikan masalah, kenapa startup di Indonesia tumbuh cepat karena mereka selesaikan permasalahan di masyarakat. Saya tanya, mau enggak gojek ditutup di Indonesia? Enggak? Mau pesen tiket harus ke travel biro karena tidak ada traveloka," ujarnya di Jakarta, Selasa (26/2/2019).

Dia menuturkan, pemerintah justru perlu mendukung keberlangsungan unicorn mengingat fungsinya sebagai alat yang mempermudah hidup banyak masyarakat.

"Teknologi ini bertindak sebagai enabler atau alat. Kita harus dorong startup di Indonesia karena muncul pemikiran-pemikiran baru, cara-cara baru," ujar Rudiantara.

Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah perlu memfasilitasi kehadiran unicorn di dalam negeri.

"Juga pemerintah bukan hanya menerapkan laytouch regulation tapi juga fasilitasi dengan kembangkan 1.000 startup dengan ekosistem karena banyak anak muda jago teknologi. Kita fasilitasi properly bagaimana mereka bisa diakselerasi," kata Rudiantara.

3 dari 3 halaman

Unicorn Selamatkan Investasi

Sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong menyebutkan investasi asing ke unicorn menyelamatkan iklim investasi asing di Indonesia secara keseluruhan.

"Karena kalau bukan karena investasi dan arus modal yang deras masuk ke dalam unicorn  juga banyak ke start up lainya maka investasi internasional turun, bukan naik," kata Thomas dalam sebuah acara diskusi di Gedung Kemenkominfo, Jakarta, Selasa 26 Februari 2019.

Dia mengungkapkan, arus modal masuk ke ekonomi digital berasal dari dua sektor yang menyelamatkan investasi internasional menjadi naik. Pertama, adalah e - commerce kemudian yang kedua adalah smelter atau pabrik pengolahan dan pemurnian logam.

"Jadi, saya tentunya terimakasih atas trend ini. Karena kalau bukan karena investasi dan arus modal deras yang masuk ke dalam unicorn dan juga ekonomi digital, investasi global itu malah turun loh," ujar dia.

Dia melanjutkan, investasi untuk unicorn menjadi sorotan sebab memiliki valuasi yang cukup besar. 

Selain itu, unicorn juga dinilai sangat membantu dalam mengembangkan roda perekonomian masyarakat. Banyak kemudahan yang ditawarkan dan dinikmati oleh masyarkat luas dengan kehadiran unicorn tersebut.

"Nah saya ini selalu mengingatkan, kita harus melihat, tak hanya kuantitas investasi, tapi juga kualitas investasi. Kita kejar target, kita harapkan nilai besar. tapi juga berkualitas tinggi," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.