Sukses

Bintaro Tangerang Masih jadi Magnet bagi Pelaku Bisnis Properti

Selain jumlah penduduk yang besar, Bintaro dinilai memiliki pergerakan bisnisnya yang tinggi dan pertumbuhan infrastruktur yang pesat.

Liputan6.com, Jakarta - Kawasan Bintaro, Tangerang masih menjadi pilihan utama pengembangan properti, khususnya apartemen untuk berinvestasi di lokasi tersebut. Selain pertumbuhan penduduk yang pesat, pergerakan bisnisnya yang tinggi dan diikuti dengan pertumbuhan infrastruktur, jalan utama dan jalan tol yang terus digalakkan menjadi alasan kawasan ini menarik bagi masyarakat untuk dijadikan lokasi tempat tinggal.

Director Marketing Transpark Bintaro, Michael Wijaya mengatakan, dengan banyak perusahaan nasional dan multinasional berdiri di kawasan Bintaro dan kemudahan akses transportasi massal, wajar jika Bintaro kini terlihat makin menarik di mata pemburu hunian dan investor.

"Akses jalan-jalan utama dan transportasi umum yang gampang dicapai sangat memudahkan mobilitas dan menghemat banyak waktu masyarakat," ujar dia di Jakarta, Minggu (28/7/2019).

Melihat potensi tersebut, lanjut Michael, pihaknya saat ini tengah mengembangkan proyek apartermen dengan nama Transpark Bintaro. Proyek properti ini memiliki dua tower apartemen yaitu Chicago dan Manhattan tower, dengan jumlah sekitar 1.260 unit apartemen.

"Mulai dari tipe studio hingga tipe 3 bedrooms dan 170 unit Smart Office Home Office (SOHO)," kata dia.

Transpark Bintaro, kata dia, dikembangkan di Bintaro Sektor 7 dan berdiri di atas lahan seluas 1,7 hektare dengan total gross area 130 ribu meter persegi.

"Sebagai kawasan bisnis dan komersial yang terus tumbuh, Bintaro sangat memikat para pebisnis. Sangat pas untuk kaum urban milenial yang membutuhkan tempat usaha dengan mobilitas tinggi namun ingin memangkas jarak dan waktu," tandas dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pengembang Ini Jadikan Bintaro Jaya Sebagai Kawasan TOD

Pengembang PT Jaya Real Property Tbk (JRP) mengembangkan kawasan Bintaro Jaya menjadi kawasan hunian berbasis Transit Oriented Developtment (TOD).

TOD merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti Busway, Kereta api kota (MRT), Kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki atau sepeda.

"Bintaro Jaya saat ini telah dikembangkan menjadi kawasan hunian yang nyaman dan terintegrasi berbasis Transit Oriented Development (TOD)," ucap General Manager PT Jaya Real Property, Hari Suprianto dikutip keterangannya di Jakarta, Senin (20/5/2019).

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebelumnya memang mendorong pengembang swasta untuk berperan aktif membangun kawasan mix-use (pemukiman, jasa, dan komersial) yang diintegrasikan dengan simpul transportasi publik atau dikenal dengan konsep Transit Oriented Development (TOD).

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, konsep TOD merupakan salah satu solusi terhadap isu kemacetan di kota besar sejalan dengan Program Satu Juta Rumah untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

"Sebenarnya tidak hanya pada integrasi moda transportasi, tetapi nanti arahnya juga ke pengembangan kawasan dan kota (urban development) sekaligus untuk pengurangan kawasan kumuh perkotaan," ujar Menteri Basuki dalam sebuah pernyataan tertulis, Jumat (10/5/2019).

Penerapan TOD sendiri telah dilakukan Kementerian PUPR bersama Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sejak April 2017, ditandai dengan pembangunan hunian vertikal Rusunami di Stasiun KRL Tanjung Barat dan Pondok Cina.

Animo masyarakat yang sangat baik terhadap konsep ini lantas membuat penerapan TOD kembali diluncurkan di tiga stasiun lain, yakni Stasiun Senen, Juanda dan Tanah Abang.

3 dari 3 halaman

Sinergi BUMN

Dikatakan Dadang, pembangunan TOD sejauh ini baru dilakukan melalui skema sinergi BUMN, misal antara Perum Perumnas dan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Namun tidak menutup kemungkinan pihak pengembang swasta untuk turut berperan dalam pembangunan hunian terintegrasi simpul transportasi publik.

"Idealnya pembangunan TOD dilaksanakan dengan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), karena simpul transportasi merupakan wujud pelayanan publik yang biasanya dimiliki BUMN berupa terminal atau stasiun. Mudah-mudahan pembangunan TOD yang sudah berjalan menjadi stimulus lahirnya inisiatif pengembang swasta untuk dapat memanfaatkan simpul transportasi yang titiknya banyak tersebut," tuturnya.

Ke depan, Kementerian PUPR sendiri juga berencana akan mengembangkan hunian dengan konsep TOD di lahan milik Kementerian PUPR di Pasar Jumat, Lebak Bulus.

Dadang menambahkan, peluang pembangunan hunian berkonsep TOD sangat besar. Untuk itu, ia mendorong pihak pengembang swasta untuk dapat memanfaatkan peluang tersebut, mengingat jaringan transportasi perkotaan akan terus berkembang.

"Kebutuhan simpul tansportasi Jabodetabek ini sangat luar biasa. Cepat atau lambat, sistem jaringan bawah tanah atau LRT semakin lengkap sehingga semakin terbuka peluang membangun hunian berbasis transit untuk memenuhi kebutuhan hunian di perkotaan," tandasnya

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.