Sukses

Laba BTN Turun 7 Persen di Semester I 2019

BTN membukukan laba bersih Rp 1,3 triliun sepanjang semester I 2019.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) membukukan laba bersih Rp 1,3 triliun sepanjang semester I 2019. Angka ini turun 7,1 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau secara year on year (yoy).

Direktur Utama BTN, Maryono menjelaskan saat ini industri perbankan tengah menghadapi banyak tantangan. Salah satu penyebabnya adalah suku bunga acuan yang pada semester I belum diturunkan. Hal ini menyebabkan biaya dana di perseroan meningkat.

"Ini pengaruh ke ke bisnis, tapi masih tetap sustain dan masih ada dampak ke likuiditas dan profitabilitas," kata Maryono dalam konferensi pers Kinerja Keuangan, di Kantor Pusat BTN, Jakarta, Jumat (26/7/2019).

Maryono mengungkapkan kenaikan biaya dana ini juga menyebabkan net interest income (NII) BTN ikut mengalami penurunan.

"Karena di awal ada 5 kali bunga acuan naik dan dipertahankan. Tapi kita tidak menaikkan bunga kredit, sehingga pendapatan bunga kita tetap (tak bertambah)," ujarnya.

Kendati demikian, Maryono mengatakan nilai laba bersih tersebut telah mencapai 50 persen dari target pada akhir 2019 senilai Rp 2,6 triliun.

Maryono mengaku optimistis pada akhir tahun nanti, perseroan akan mencapai target laba bersih yang telah dibidik.

“Kinerja kami pada semester pertama ini on track. Nanti pada semester dua, kami akan menerbitkan junior global bond sebagai amunisi untuk memacu bisnis di tahun depan,” tutupnya.

Adapun, dengan penerbitan global bond tersebut, beserta berbagai tambahan wholesale funding lainnya, Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank BTN diproyeksikan berada di level 19,1 persen pada Desember 2019. Dengan permodalan tersebut, BTN bersiap memacu kredit pada tahun depan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jurus BTN Jaga Pertumbuhan di Tengah Ketidakpastian Global

Tahun ini dinilai menjadi tahun yang penuh tantangan karena pertumbuhan ekonomi dunia, dan domestik diperkirakan melambat. Perlambatan ini akibat berkepanjangannya perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta turun harga komoditas.

Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi di 2019 hanya sebesar 2,6 persen lebih rendah dibandingkan prediksi awal sebesar 2,9 persen. Perlambatan tersebut direspon sejumlah Negara dengan kebijakan moneter yang berdampak pada industri perbankan. 

Menindaklanjuti hal tersebut, Bank BTN telah melakukan kajian ekonomi makro dengan mengubah asumsi makro di mana pertumbuhan ekonomi diperkirakan lebih rendah dari asumsi awal. Sehingga BI 7days reverse repo rate diperkirakan terus turun seiring dengan inflasi yang relatif stabil. Kajian internal tersebut mendasari perubahan bisnis Bank BTN.

“Penyesuaian Rencana Bisnis Bank (RBB) perlu dilakukan karena mempertimbangkan kondisi makro ekonomi yang ada dan melihat perkembangan industri perbankan dalam negeri yang cenderung mengalami pengetatan likuiditas,” kata Direktur Utama Bank BTN, Maryono di Jakarta, Jumat (19/7/2019).

Dia menjelaskan, ada sejumlah penyesuaian RBB dengan mempertimbangkan kinerja bisnis perseroan. Adapun perubahan RBB meliputi pertumbuhan kredit hingga akhir tahun yang diprediksi akan berkisar 10-12 persen, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) diprediksi juga tumbuh di level yang sama yaitu 10-12 persen, dan aset ditargetkan bisa tumbuh di kisaran 8-10 persen

“Target pertumbuhan DPK dan kredit kami masih di atas RBB industri perbankan yang berada di angka 9-11 persen untuk kredit dan DPK yang hanya tumbuh 7 hingga 9 persen. Kami optimistis kinerja Bank BTN tetap dalam jalurnya atau on track,” kata Maryono.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.