Sukses

Persiapan APP Sinar Mas Lawan Kebakaran Hutan di Riau

APP Sinar Mas mengandalkan teknologi dan kekuatan masyarakat dalam memberantas kebakaran hutan di Riau.

Liputan6.com, Perawang - Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas mendukung pemerintah Riau dalam menanggulangi kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau 2019, serta mencegah terulangnya bencana kabut asap pada 2015 lalu. Sejumlah langkah sophisticated dan terintegrasi pun disiapkan perusahaan.

Belajar dari tahun-tahun sebelumnya, APP Sinar Mas membangun sistem manajemen penanggulangan kebakaran hutan terintegrasi yang terdiri atas pencegahan, persiapan, deteksi dini, dan respons cepat. Di Riau, APP Sinar Mas bertindak melalui salah satu unit forestry mereka, yakni PT Arara Abadi.

APP Sinarmas mengandalkan teknologi, tenaga ahli, serta masyarakat dalam melawan kebakaran hutan, khususnya di sekitar konsesi perusahaan. Dan meski sudah punya teknologi canggih, pihak APP Sinar Mas juga selalu mengirim tim ke lapangan untuk memverifikasi titik panas lewat visual langsung.

"Tak hanya saat kemarau, menjelang kemarau kita juga intens pada pencegahan, karena lebih baik mencegah daripada mengobati," ujar Fire Operation Management Head PT Arara Abadi, Deny Widjaya, seperti ditulis Jumat (25/7/2019) di Perawang, Riau.

"Pada tahap pencegahan, APP Sinarmas membentuk satgas anti kebakaran, membentuk pos pantau terpadu, serta sosialiasi kepada masyarakat melalui pemasangan papan informasi, penyebaran booklet, dan program Desa Makmur Peduli Api (DMPA)," Deny menambahkan.

Selanjutnya di tahap persiapan, APP Sinar Mas bersiaga di darat, laut, dan udara. Ada 862 orang regu pemadam kebakaran (RPK), 505 personel masyarakat peduli api (MPA).

Kemudian, dari segi peralatan terdapat 46 unit speedboat, 5 unit airboat, 24 drone, 4 unit helikopter waterbombing, 36 mobil patroli, serta 101 motor patroli yang menjaga daerah Riau.

APP Sinar Mas pun tak hanya melindungi wilayah konsesi mereka semata, melainkan siap membantu lahan milik masyarakat sekitar. Deny pun menceritakan integrasi yang ada pada tahap deteksi dini sehingga ada upaya pencegahan kebakaran hutan secara mulus dan efektif. Berikut laporannya:

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Aksi Terintegrasi

Di tahap deteksi dini, perusahaan melakukan patroli di darat, air, dan udara untuk melakukan pemantauan api melalui 32 unit kamera thermal dan CCTV, serta 43 menara api yang tersebar di beberapa wilayah.

Pengguanaan teknologi juga dilakukan melalui sistem monitoring titik panas melalui citra satelit. APP Sinar Mas selalu melihat langsung keadaan di lapangan untuk verifikasi, sebab titik panas yang terdeteksi belum tentu merupakan kebakaran.

"Hotspot ini biasanya sering timbul di atas jam 11 (siang) sampai sore biasanya. Setelah teridentifikasi ini hotspot, maka kami akan informasikan ke distrik," ucap Deni. "Mereka akan verifikasi ke lapangan, 1 x 24 jam harus sudah terverifikasi, karena ditakutkan adanya api."

Jika sudah diverifikasi, tim distrik akan membuat laporan ke tim monitoring. Setelahnya, tim Deni akan menganalisa apakah hotspot tersebut bisa ditangani oleh distrik atau tim pusat mengirim Tim Reaksi Cepat (TRC) yang berangkat dengan helikopter.

TRC tersebut dilatih agar bisa menembus segala medan dan dibekali ransel besar berisi perlengkapan untuk bertahan di alam liar selama dua sampai tiga hari. Mereka akan berupaya menanggulangi titik kebakaran dengan alat yang mereka bawa.

Perlengkapan tim TRC. Dok: Tommy Kurnia/Liputan6.com

Jika tak memungkinkan ditangani oleh TRC, tim Deni dapat mengirim helikopter ke lokasi untuk melakukan waterbombing. APP Sinar Mas di Riau menyiagakan empat helikopter yang terdiri atas dua Super Puma yang bisa membawa hingga 5.000 liter air, dan dua Bell 412 yang bisa membawa 1.000 liter air.

Hingga awal Juli 2019, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Riau mencatat lebih dari 3.300 hektar lahan di Riau terbakar. Pemerintah Riau juga mengaktifkan satgas karhutla setelah sebelumnya menetapkan status siaga darurat sejak 19 Februari hingga 31 Oktober 2019.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.