Sukses

Jalin Kerja Sama, Menko Luhut Janji RI Tak akan Eksploitasi Afrika

Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAD) 2019 yang akan diselenggarakan di Bali pada 20-21 Agustus mendatang jadi ajang Indonesia mengundang lebih banyak investasi ke Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue (IAD) 2019 yang akan diselenggarakan di Bali pada 20-21 Agustus mendatang jadi ajang Indonesia mengundang lebih banyak investasi ke Indonesia. Walau menawarkan banyak kerja sama, Indonesia tak akan melakukan eksploitasi di Afrika.

"Ada tadi pertanyaan juga, Afrika itu seperti ada di apa, di eksploitasi berlebihan oleh orang-orang yang investasi ke sana, kita tidak ada pikiran seperti itu. Tapi kita justru tadi menawarkan kita invest di sana atau enggak barang kita ke sana, atau juga sebaliknya dari Afrika kita," ujarnya di Gedung Pancasila, Jakarta, Rabu (24/7).

Forum tersebut, kata Menko Luhut, juga menjadi bentuk kongkrit langkah pemerintah untuk menerjemahkan keinginan Presiden Joko Widodo yang meminta peningkatan kinerja ekspor dan investasi Indonesia semakin bergeliat di periode kedua.

"Jadi kita jangan hanya pakai pasar-pasar tradisional saja istilahnya presiden. Tapi juga kita mau buka market baru, dan Afrika dengan penduduk lebih 1,3 miliar ini satu market yang sangat besar, potensi yang sangat besar," jelasnya.

Adapun bentuk kerja sama yang bisa dilakukan dengan negara-negara Afrika adalah membentuk rantai pasokan untuk industri energi baru dan terbarukan. Indonesia sendiri sudah memiliki kesiapan untuk itu, khususnya melalui pasokan komponen yang dibuat di Kawasan Industri Khusus Morowali dan Weda Bay.

"Misalnya mereka produksi kobalt, kita produksi nikel ore, bagaimana kita kawinkan smelting di tempat cost listrik yang murah misalnya hydropower, yang bisa sampai 3 sen per kilowatt hour atau coal mining yang dibikin bagus bisa dengan 4 sen per kilowatt hour," tandasnya.

 

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menperin Minta Pelaku Industri Farmasi RI Garap Pasar Afrika dan Eropa

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mendorong, industri farmasi dalam negeri untuk memperluas pasar ekspornya ke negara nontradisional. Hal ini guna menekan defisit necara perdagangan industri farmasi Indonesia.

Dia menjelaskan, saat ini, neraca ekspor-impor industri farmasi masih menunjukkan defisit. Meski pun nilai ekspor pada 2018 tercatat sebesar USD 1.136 juta atau meningkat dibandingkan 2017 sebesar USD 1.101 juta.

Namun demikian, lanjut Airlangga, potensi untuk meningkatkan ekspor produk farmasi masih sangat terbuka. Terlebih saat ini Indonesia telah memasuki era industri 4.0 yang merupakan era transformasi digital yang akan menciptakan nilai tambah baru pada industri farmasi. 

"Pemanfaatan teknologi dan kecerdasan digital mulai dari proses produksi dan distribusi memberikan peluang baru serta meningkatkan daya saing industri farmasi," ujar dia di Pabrik PT Bayer Indonesia, Cimanggis, Depok, Rabu (27/3/2019).

Menurut Airlangga, masih banyak pasar-pasar baru yang bisa digarap oleh industri farmasi di Indonesia. Salah satunya yaitu pasar Afrika yang membutuhkan banyak pasokan produk farmasi.

"Diharapkan dapat mendorong industri farmasi untuk mengembangkan pasar ekspor, khususnya pasar ekspor non-tradisional seperti Amerika Latin, Eropa Timur, Rusia hingga Afrika," tandas dia.

3 dari 3 halaman

Lepas Ekspor ke-3.000 Bayer Indonesia

Sebelumnya, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto melepas kontainer ekspor ke-3.000 ‎PT Bayer Indonesia.

Ekspor ini menjadi bukti industri farmasi Indonesia telah menembus pasar global dan bersaing dengan produk-roduk sejenis dari negara lain.

Dalam sambutannya, Airlangga mengatakan, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional tumbuh sebesar 4,46 persen dan memberikan kontribusi industri tersebut terhadap PDB industri pengolahan non migas sebesar 2,78 persen. 

"Ini terus meningkat selama 5 tahun terakhir," ujar dia di Pabrik Bayer Indonesia, Cimanggis, Depok, Rabu 27 Maret 2019.

Saat ini, neraca ekspor-impor industri farmasi masih menunjukkan defisit walaupun ekspor pada 2018 sebesar USD 1.136 juta, meningkat dibandingkan 2017 yang sebesar USD 1.101 juta. 

"Untuk itu, pemerintah sangat menghargai investasi PT Bayer Indonesia bagi pengembangan fasilitas produksi dalam negeri, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan daya saingnya di pasar health care internasional," kata dia.

Airlangga menuturkan, investasi yang telah dilakukan oleh PT Bayer Indonesia dalam bentuk fasilitas modern dengan teknologi canggih telah memposisikan Indonesia sebagai produsen produk perawatan kesehatan berkualitas dunia. Hal ini ditunjukkan dengan ekspor sekitar 80 persen produk Bayer ke 33 negara di seluruh dunia.  

"Selain itu, PT Bayer juga turut mengembangkan sumber daya manusia berkualitas kelas dunia melalui pelatihan vokasi mekatronik dengan siswa SMK. Program ini mengikuti standar pelatihan vokasi Jerman dan diawasi oleh Kamar Dagang dan Industri Jerman," tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.