Sukses

OJK Optimis Pertumbuhan Kredit Capai 12 Persen

Penurunan suku bunga acuan BI dinilai dapat memacu angka pertumbuhan kredit.

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merombak target pertumbuhan kreditnya di tahun ini. Hal ini sebagai respon atas keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen setelah 8 bulan menahan di angka 6 persen.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso menyambut baik penurunan suku bunga tersebut. Menurutnya hal tersebut dapat memacu angka pertumbuhan kredit.

"OJK mengapresiasi kebijakan Bank Indonesia yang terus mendukung penguatan fungsi intermediasi lembaga jasa keuangan, antara lain melalui pelonggaran kewajiban Giro Wajib Minimum dan penurunan suku bunga kebijakan Bank Indonesia," kata dia, di Gedung OJK, Jakarta, Rabu (24/7).

Sebelumnya, OJK melakukan revisi target kreditnya pada pertengahan Juni lalu. Wimboh sempat mengeluarkan pernyataan bahwa dampak perang dagang global telah menekan pertumbuhan permintaan ekspor dan ekspansi dunia usaha sehingga OJK merevisi target pertumbuhan kredit menjadi 9-11 persen (yoy).

Dengan turunnya suku bunga acuan, Wimboh menyatakan pihaknya kembali optimistis pertumbuhan kredit perbankan pada tahun ini dapat menyentuh 13 persen atau berkisar di rentang 11-13 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Dia mengaku, semula OJK sempat pesimistis target pertumbuhan kredit tercapai sebab belum melihat tanda-tanda pelonggaran kebijakan moneter. Namun setelah adanya penurunan giro wajib minimum (GWM) dan penurunan suku bunga serta masuknya arus modal di pasar keuangan domestik, maka OJK yakin pertumbuhan kredit akan meningkat tahun ini.

“Sekarang optimistis bisa mencapai target pertumbuhan kredit di 12 persen plus minus satu persen," tutupnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

BI Optimis Pertumbuhan Kredit Tembus 11 Persen di 2019

Bank Indonesia (BI) optimistis kredit perbankan dapat tumbuh 10-12 persen pada tahun ini. Perkiraan tersebut berbeda dengan prediksi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang telah merevisi target kredit perbankan dapat tumbuh 9-11 persen di 2019.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan, pihaknya yakin atas target tersebut didasari dengan beberapa pertimbangan khusus, termasuk di dalamnya pertimbangan perihal kapasitas peminjaman oleh perbankan (bank capacity to lend).

"Prediksi (kami) jangan dibandingkan dengan OJK karena OJK belum mempertimbangkan apa yang BI pertimbangkan. Kami sudah mengendorkan likuiditas sehingga bank capacity to lend meningkat," tuturnya di Kantor BI, Kamis (18/7/2019).  

Dia melanjutkan, pihaknya memproyeksi kredit perbankan untuk tumbuh di titik tengah, yakni berada pada kisaran 10-12 persen pada tahun ini. "Insha Allah bisa lebih tinggi dari 11 persen," terangnya.

Sebagai informasi saja, OJK telah merevisi pertumbuhan kredit menjadi 9-11 persen secara tahunan pada medio Juni 2019. Sebelumnya, proyeksi OJK senada dengan BI, yakni tumbuh 10-12 persen secara tahunan.  

3 dari 3 halaman

BI Repo Rate Dipangkas, Bunga Kredit Mobil Bakal Ikut Turun

Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Juli 2019 Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan Bank Indonesia (BI) 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan 25 basis poin (bps) pada angka 5,75 persen. BI juga menahan suku bunga Deposit Facility pada angka 5 persen dan Lending Facility 6,5 persen.

Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto mengatakan, pihaknya menyambut positif penurunan suku bunga acuan. Menurut dia, penurunan suku bunga acuan bisa berdampak pada penurunan bunga kredit mobil.

"Bagus dong buat kita, seneng kita. Tapi enggak mungkin (segera). Hari ini diumumin terus besok berbondong-bondong buat orang beli mobil, kan kita ada proses," kata dia, saat ditemui, di sela-sela pameran GIIAS 2019, di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (18/7).

Menurut dia, penurunan suku bunga kredit mobil baru akan terlihat dalam jangka waktu 3 bulan setelah suku bunga acuan diturunkan. Sebab perlu penyesuaian di level pelaku usaha.

"Ya kalo menurut saya tidak mungkin cepat sekali, minimal 3 bulan. Karena dia masih pegang duit yang modalnya (cost of fund-nya) sekian," ungkapnya.

"Kita musti liat, sekarang kan masih Juli. Jadi ya harapan kita mulai Juli ke atas. Ya kan? Ada pameran yang baru sekarang. Andai kata orang beli mobil sekarang pun delivery-nya mungkin baru Agustus. Jadi tidak mungkin diteken hari ini besok udah di garasi," imbuhnya.

Meskipun demikian, dia mengatakan bisa juga penurunan terjadi lebih cepat sesuai dengan kondisi pasar. Jika satu pelaku usaha pembiayaan sudah menurunkan suku bunga, biasanya diikuti oleh yang lain.

"Tapi kalau begitu dia lihat kiri kanan. Kalau leasing yang sono sudah turun (bunga kredit mobil), tapi dia enggak turunin, mampus saja. Kan begitu. Naik harga juga begitu. Kalau saya naik sendirian, tidak dibeli orang," tandasnya.     

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.