Sukses

Kendaraan Listrik Bisa Kurangi Polusi Udara di Jakarta

Penggunaan kendaraan listrik merupakan solusi yang tepat, sebab 70 persen polusi di dunia berasal dari hasil pembakaran mesin kendaraan.

Liputan6.com, Jakarta - Jakarta menjadi salah satu kota yang tingkat polusi udaratertinggi di dunia, kondisi ini tidak bisa dibiarkan dan tentunya harus diatasi, salah satunya dengan menggunakan kendaraan listrik.

General Manager PT PLN Distribusi Jakarta Raya (Disjaya) M Ikhsan Assad mengatakan, untuk menekan tingkat polusi di Jakarta perlu adanya perubahan gaya hidup, dalam menggunakan peralatan penunjang diantaranya beralih menggunakan kompor induksi dan kendaraan listrik.

"Masyarakat harus diubah gaya hidupnya dari pakai kendaraan Bahan Bakar Minyak (BBM) jadi listrik dan kompor induksi," kata Ikhsan, di Jakarta, Selasa (23/7/2019).

Penggunaan kendaraan listrik merupakan solusi yang tepat, sebab 70 persen polusi di dunia berasal dari hasil pembakaran mesin kendaraan. "Dengan kendaraan listrik maslaah tersebut bisa selesai," ujarnya.

Ikhsan menambahkan, selain dapat mengurangi polusi udara, penggunaan kendaraan listrik juga dapat menghemat pengeluaran pemakainya dan membantu meneka‎n defisit neraca perdagangan karena mengurangi impor minyak.

"Mobil listrik 2 sen per mile kalau BBM 12 sen, enam kali lebih mahal. Efisiensinya kendaraan listrik 75 persen dan BBM 20 persen," tutur Ikhsan.

Ikhsan mengungkapkan, perusahaanya menjadi pioner dalam penggunaan kendaraan listrik, saat ini 70 unit motor listrik telah dijadikan kendaraan operasional. PLN Disjaya pun telah menyediakan Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU) untuk pengisian energi kendaraan listrik sebagai solusi untuk mengurangi polusi udara.

"Kita bisa membuat lingkungan kita langit Jakarta jadi biru lebih efisien. Kami sudah dua tahun lalu, sekarang kita sudah 70 unit motor listrik untuk operasional," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jakarta Masih Menduduki Tiga Besar Kota dengan Kualitas Udara Terburuk

Jakarta masih masuk dalam tiga besar daftar kota dengan kualitas udara tidak sehat atau terburuk di dunia berdasarkan indeks kualitas udara situs Air Visual, pada Minggu (14/7/2019).

Berdasarkan pantauan Liputan6.com pada situs airvisual.com pada pukul 11.45 WIB, Jakarta menempati peringkat ketiga sebagai kota dengan kualitas udara terburuk. Posisi pertama yakni Kota Krasnoyarsk, Rusia lalu peringkat kedua ada Kota Santiago, Chile.

Ibu Kota Indonesia pun berada di atas Kota Delhi, India dan Dubai di Uni Emirat Arab. Dalam situs tersebut tercatat kualitas udara Jakarta mencapai level 202 US Air Index Quality (AQI).

AQI merupakan indeks yang digunakan AirVisual untuk mengukur tingkat keparahan polusi udara di sebuah kota. Indeks ini merupakan gabungan dari 6 polutan utama, yaitu PM2.5, PM10, karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), dan ozon (O3) di permukaan tanah.

Rentang nilai AQI adalah 0-500. Semakin tinggi nilai AQI, maka semakin parah pula tingkat polusi udara di kota tersebut dan efeknya pun semakin berbahaya.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov)DKI Jakarta berdalih, memiliki ukuran sendiri untuk menentukan tingkat kualitas udara. Oleh karena itu, dia tak mau langsung percaya dengan data AirVisual. Meski memang biasanya, selama Juni-Juli, kualitas udara DKI dalam fase kotor.

3 dari 3 halaman

Kualitas Udara Musim Kemarau

Pemprov menuding musim kemarau memberi andil besar pada tingkat polusi udara periode tersebut.

"Jadi kondisi saat ini memang agak kotor. Tapi seberapa kotor tentu harus ada ukurannya, ukurannya untuk kami di Pemprov DKI itu ada di PP Nomor 41 Tahun 1999," kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih kepada Liputan6.com, Selasa 9 Juli 2019.

Menurut dia, merujuk peraturan pemerintah itu, rata-rata kualitas udara Jakarta setahun terakhir dikategorikan pada tingkat moderat. "Moderat itu secara singkat tidak membahayakan banget," tutur Andono.

Oleh karena itu, pemprov tak risau dengan hasil pengukuran AirVisual terkait kualitas udara di Jakarta.

"Kita sambut positif saja. Ini kan memang ada di episode yang kotor tadi. Kondisi seperti itu terjadinya pada 25 atau 26 Juni kemarin. Saya yakin hari sekarang sudah enggak lagi karena cuacanya lebih sejuk, sudah turun hujan," ujar Andono. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.