Sukses

Miliarder Ini Sebut Google Sudah Disusupi Intel China

Miliarder Peter Thiel ingin FBI dan CIA menginvestigasi Google.

Liputan6.com, Washington D.C. - Miliarder pendiri PayPal Peter Thiel menyindir Google telah berkhianat kepada negara asalnya, Amerika Serikat (AS), dengan cara bekerja sama dengan China. Ia pun meminta FBI dan CIA melancarkan investigasi secara serius.

Dilaporkan Forbes, Thiel memberikan pertanyaan menjurus soal keberpihakan Google pada sebuah konferensi konservatif di Washington, D.C. Dalam tiga pertanyaan itu, Thiel penasaran apakah Google sudah disusupi China.

"Apakah manajemen senior Google menganggap diri mereka sudah disusupi oleh intel China?" ujar Thiel seperti dikutip Axios.

Miliarder itu curiga karena inflitrasi China itulah pihak Google enggan bekerja sama dengan militer AS. Pasalnya, tahun lalu Google memutuskan kontrak dengan militer AS akibat protes pegawai.

Google membantah pernyataan Thiel, dan berkata perusahaan tidak berkolaborasi dengan militer China. "Seperti yang kami ucapkan sebelumnya, kami tidak bekerja dengan militer China," ujar juru bicara Google.

Sekadar informasi, Peter Thiel merupakan salah satu anggota dewan direksi Facebook dan salah satu investor pertama di platform tersebut. Menurut Forbes kekayaan miliarder ini mencapai USD 2,5 miliar atau Rp 34,7 triliun (USD 1 = Rp 13.916).

Tahun lalu, pegawai Google protes massal karena Google bekerja sama dengan Pentagon dalam membangun sensor analisis drone. Protes itu berhasil karena Google berhenti bekerja sama dengan militer AS. 

Google juga batal membangun mesin pencarian versi disensor untuk China. Program bernama Dragonfly itu ditentang oleh pegawai dan akhirnya terbengkalai.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Facebook Didenda Rp 70 Triliun, Mark Zuckerberg Malah Santai Berkemah

Tudingan Peter Thiel ke Facebook terjadi hampir bersamaan dengan pengumuman denda bagi Facebook. Perusahaan itu didenda karena teledor dalam menjaga data pengguna.

Facebook didenda oleh Komisi Perdagangan Federal (Federal Trade Commission) karena masalah privasi dan data pengguna. Total dendanya amat tinggi, yakni USD 5 miliar atau Rp 70 triliun (USD 1 = Rp 14.003).

Alih-alih pundung, CEO Facebook Mark Zuckerberg malah ikut kemah khusus orang-orang kaya di Sun Valley, negara bagian Idaho, Amerika Serikat (AS). Dalam sebuah foto yang didapat Daily Mail, Zuck tampak santai mengoles krim anti-UV di wajahnya

Tahun lalu, Mark Zuckerberg juga sempat bersyukur atas semua pencapaian Facebook. Padahal, Forbes mencatat ia sebagai salah satu miliarder yang rugi pada 2018 karena berbagai polemik terkait data. Saat ini kekayaan Zuckerberg adalah sebesar USD 76 miliar (Rp 1.064 triliun).

Perkemahan yang dihadiri Mark Zuckerberg merupakan pertemuan eksklusif yang dijuluki Billionaire Summer Camp. Para orang kaya mendapat kesempatan menghabiskan waktu bersama selama seminggu.

Perkemahan itu adalah inisiatif perusahaan keuangan Allen & Company. Yang diundang adalah miliarder dan orang-orang berpengaruh dari berbagai industri, mulai dari keuangan, teknologi, hingga fashion.

Acara kemah tahunan ini sudah dimulai pekan lalu. Turut hadir pula miliarder Michael Boomberg, lalu ada miliarder Phil Knight yang juga pendiri Nike, perancang busana Diane von Furstenberg, Mary Barra selalu CEO General Motors, dan co-founder DreamWorks, Jeffrey Katzenberg.

Ada juga sosok yang bukan miliarder tetapi turut hadir, seperti Anderson Cooper yang merupakan pembawa berita CNN, tetapi Cooper masih merupakan keturunan dinasti Vanderbilt.

CEO Apple Tim Cook juga turut hadir ke perkemahan. Tahun lalu, Tim Cook dan Mark Zuckerberg sempat adu komentar soal privasi. Tim Cook menyindir Facebook yang teledor menjaga data pengguna, sementara Zuckerberg membalas dengan menuding Apple menjaga data pengguna hanya karena harga produknya mahal.

 

3 dari 3 halaman

Facebook Didenda Rp 70 Triliun Terkait Skandal Cambridge Analytica

Denda ini merupakan buntut dari skandal Cambridge Analytica yang terjadi tahun lalu.  Informasi ini diketahui dari laporan The Wall Street Journal beberapa waktu lalu. Dikutip dari CNBC, denda yang dibebankan pada Facebook disebut-sebut merupakan jumlah denda terbesar yang dibebankan pemerintah AS pada perusahaan teknologi. 

Jumlah denda tertinggi sebelumnya terjadi pada 2012. Ketika itu Google diminta membayar denda sebesar USD 22,5 juta atas pelanggaran privasi pengguna. 

Laporan ini menyebutkan, apabila denda ini diberlakukan, jumlah itu setidaknya sekitar 9 persen dari pemasukan Facebook pada 2018.

Kendati demikian, pemberian denda ini menuai kritik dari sejumlah senator dan anggota Kongres. 

Salah satu anggota Kongres menyebut bahwa denda ini hanya tamparan kecil bagi Facebook. Terlebih, denda itu hanya sebagian kecil dari pendapatan raksasa media sosial itu.

Terlepas dari denda yang diberikan, sejumlah pihak masih mempertanyakan jaminan Facebook terhadap privasi data penggunaannya di masa depan. Sebab, masalah semacam ini bukan pertama kali terjadi di perusahaan tersebut.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.
    Negara dengan penduduk terbanyak di seluruh dunia. Negara ini telah berganti nama menjadi Republik Rakyat Tiongkok.

    China

  • Miliarder adalah seseorang yang memiliki kekayaan bersih setidaknya satu miliar (1.000.000.000 atau seribu juta) unit mata uang tertentu.

    Miliarder

  • Google adalah salah satu perusahaan Amerika Serikat yang berkhususkan pada jasa dan produk internet.

    Google

  • Peter Thiel