Sukses

Kemarau Panjang, Kementan Minta Pemda Awasi Preman Pembobol Pintu Air

Ketika air ini jumlahnya terbatas dan peminatnya banyak, ada oknum yang menjual jasa untuk membobol pintu air.

Liputan6.com, Jakarta - Informasi peringatan dini BMKG menyatakan tahun ini berpotensi kemarau ekstrem sampai dengan bulan September, dan puncaknya terjadi pada bulan Agustus. Wilayah yang terancam terdampak kekeringan terutama di Pulau Jawa, Bali, NTB dan NTT.

Di tengah situasi yang penuh tantangan ini, terungkap satu kenyataan miris. Kenyataan miris tersebut yakni berkembangnya praktik yang oleh Kementerian Pertanian dinamakan mafia air.

"Jadi begini. Ketika air ini jumlahnya terbatas dan peminatnya banyak. Jadilah mekanisme pasar. Itulah orang-orang yang menjual jasanya untuk membobol pintu air," kata Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumardjo Gatot Irianto, di Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (8/7/2019).

Dia mengatakan, sejauh ini, praktik tidak terpuji itu terjadi di wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. "Yang paling intensif dan seru itu di Indramayu. Kami sudah 2 kali (menemukan praktik tersebut). Tahun 2006 dan 2015," ujarnya.

Dia pun mengaku punya pengalaman melihat langsung aksi para mafia air tersebut. Mereka, berdasarkan pengalaman Gatot, kerap beroperasi di waktu dini hari.

"Saya sudah dua kali ngurusin yang kayak begitu di lapangan. Itu ada 5 preman jam 1.00 pagi (dini hari) dialah yang nungguin pembobolan ini. Bukan hanya dibuka pintunya, tapi juga bobol temboknya," ujarnya.

Agar kejadian tersebut tak kembali berulang, dia pun meminta aparat yang bertugas di daerah untuk memperketat pengawasan, khususnya pada musim kemarau seperti saat ini.

"Jadi saya minta dengan sangat untuk melakukan patroli kekeringan untuk daerah yang terdampak. kedua melakukan perluasan LTT (Luas Tambah Tanam) di wilayah yang airnya masih cukup," tegasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kementan Siapkan Strategi Hadapi Musim Kemarau

Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi dan memitigasi dampak musim kemarau tahun ini. Salah satunya lewat varietas tanaman pangan tahan kering.

Sebagaimana diketahui, informasi peringatan dini BMKG menyatakan tahun ini berpotensi kemarau ekstrem sampai dengan bulan September, dan puncaknya terjadi pada bulan Agustus. Wilayah yang terancam terdampak kekeringan terutama di Pulau Jawa, Bali, NTB dan NTT.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) Kementan, Fadjry Djufry mengatakan, beberapa bibit tanaman tahan kering yang sudah dihasil Kementan meliputi varietas beras, kedelai dan jagung. 

"Kita menyiapkan varietas unggul baru. Kita sudah punya padi inpara, inbrida padi lahan rawa, untuk lahan-lahan rawa," kata dia, di Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (8/7).

Varietas-varietas padi ini, jelas dia, sudah berkembang di beberapa lokasi, seperti Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan. "Inpara 2, 3, 4, dan 5. Kita punya inpago, inbrida padi gogo untuk lahan-lahan padi gogo. Semua lahan-lahan kering 2 minggu padi bisa adaptasi," jelasnya.

"Kita sudah petakan wilayah mana saja yg dapat ditanami padi gogo, termasuk daerah-daerah yang ketersediaan airnya cukup dan bisa dioptimalkan," kata dia.

Sementara untuk wilayah Pantai Utara (Pantura), Kementan akan mendorong penanaman varietas kedelai dan jagung tahan kering.

"Kita punya varietas dering, kedelai tahan kering. Kita juga punya jagung tahan kering. Tentunya kita bisa perkenalkan ke petani. Kita tanam padi gogo, jagung tahan kering, dan kedelai tahan kering," ungkapnya.

"Harapan kita semua lahan yang potensi airnya masih cukup akan kita tanami. Asumsi petani air melimpah tanam padi. Sekarang yang penting cukup untuk kebutuhan air untuk kedelai dan jagung. Selama masih ada air bisa kita tanami," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.