Sukses

Harga Tak Kompetitif, Beras Indonesia Tak Laku Diekspor

Indonesia masih menggunakan cara konvensional dalam mengelola beras sehingga membuat ongkos produksi tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan (Kemendag) Karyanto Suprih mengatakan, rencana Indonesia untuk mengekspor beras masih sulit terealisasi dalam waktu dekat. Faktor penyebabnya tak lain karena harga beras Indonesia yang tidak kompetitif dibandingkan dengan negara-negara produsen beras lainnya.

"Logika sederhana kan kita jual dengan harga yang bersaing dong. Kita tidak laku kalau harga kita tidak kompetitif," kata dia, saat ditemui, di JCC, Jakarta, Jumat (5/7/2019).

Harga beras Indonesia yang mahal kata dia bisa disebabkan karena ongkos produksi yang tinggi. Ongkos produksi tinggi dikarenakan pola produksi yang masih konvensional.

"Ekspor kan sederhana aja, kalau kita lebih produksinya, maka ekspor saja pertanyaannya kita harus lebih kompetitif baik dari sisi harga maupun kualitas," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mengungkapkan Indonesia masih sulit mengekspor beras ke luar negeri karena cost produksi (ongkos produksi) beras Indonesia yang terbilang mahal. Sebab, Indonesia masih menggunakan cara konvensional dalam mengelola beras.

"Yang butuh beras kita itu banyak, tapi sayang harganya tidak masuk," tuturnya di Jakarta, pada Selasa 2 Juli 2019.

Dia menjelaskan, karena beras Indonesia yang terlalu mahal, beras dalam negeri kalah diminati dibandingkan dengan negeri-negeri tetangga.

"Beras kita terlalu mahal, bahkan seburuk-buruknya gabah kita itu masih lebih mahal dibandingkan gabah luar negeri. Cost produksi kita terlalu mahal," imbuhnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Stok Berlimpah, Bulog Bakal Ekspor Beras ke Malaysia

Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) berencana ekspor beras ke Malaysia. Hal tersebut seiring dengan produksi beras dalam negeri yang terus meningkat.

"Ya kita lagi siapkan. Rencananya kalau jadi ya ke Malaysia," ujar Direktur Pengadaan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), Bachtiar di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (3/5/2019).

Bachtiar mengatakan, saat ini pihaknya menyerap beras sebanyak 10.000 ton per hari. Angka ini diprediksi masih terus naik sebab beberapa daerah di Indonesia akan memasuki masa panen.

"Beras bagus kita rata-rata per hari 10.000 ton, pernah 15.000, 10.000 dan sampai saat ini hampir 400.000. Ya Januari kan belum panen, Februari juga belum," ujar dia.  

"Maret baru sedikit yang panen beneran, April dan Mei ini masih  berjalan. Hari ini 12.500 ton unt serapan gabah atau setara. Kalau gabah setara 25.000an ton tapi dijadikan beras kan 12.500 jadi bagus," sambungnya.

Bachtiar menambahkan, Bulog juga akan menyalurkan beras kepada TNI dan Polri agar stok di gudang tidak tertahan. Dia juga menambahkan, stok sepanjang 2019 cukup untuk memenuhi kebutuhan Lebaran dan akhir tahun.

"Untuk hilir kalau tidak salah ada info nanti PNS, TNI, Polri sudah mulai beli berasnya Bulog Insyaallah. Dulu per orang 18 kg, sekarang tetaplah tidak perubahan, per bulan per orang," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.