Sukses

Christine Lagarde Bakal Jadi Bos Bank Sentral Eropa

Dewan Uni Eropa mengumumkan, Christine Lagarde dipilih untuk menggantikan Mario Draghi yang masa jabatannya berakhir pada Oktober 2019.

Liputan6.com, London - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Christine Lagarde  ditunjuk sebagai Presiden Bank Sentral Eropa. Hal ini akan membuat Lagarde menjadi perempuan pertama yang memimpin lembaga yang kuat.

Dewan Uni Eropa mengumumkan, Lagarde telah dipilih untuk menggantikan Mario Draghi yang masa jabatannya berakhir pada Oktober 2019. Ia menduduki jabatan itu selama delapan tahun.

Dia adalah salah satu dari dua perempuan yang dipilih memimpin bank sentral utama. Dia akan membawa keterampilan politik yang cerdas dengan sentuhan kekuatan bintang di Bank Sentral Uni Eropa.

Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk menuturkan, pengalaman internasional Lagarde akan membuat dia menjadi pimpinan yang "sempurna".

Dengan pengumuman tersebut, Lagarde berkebangsaan Prancis menuturkan, dirinya sementara akan melepaskan tugasnya sebagai direktur pelaksana IMF selama periode pencalonan.

Lagarde merupakan pilihan yang mengejutkan. Dia bukan seorang ekonom. Ia pengacara dan sebelumnya menjabat sebagai menteri keuangan Prancis. Ia terkenal di kalangan sektor keuangan dan sering menjadi komentator dalam masalah ekonomi global.

Pada tahun lalu, Forbes menempatkan Lagarde di posisi tiga dalam daftar perempuan paling kuat pengaruhnya di dunia. Ia menjadi direktur pelaksana IMF sejak 2011.

"Dia sangat dihormati, mampu menempa kompromi dan mengekpresikan dirinya dengan baik," ujar Ekonom Berenberg, Holger Schmieding, seperti dikutip dari laman CNN Money, Rabu (3/7/2019).

Nominasi Lagarde merupakan bagian yang diperebutkan luas di antara negara-negara.

Selain Christine Lagarde dan von der Leyen, Charles Michel, Perdana Menteri Belgia juga terpilih sebagai Presiden Dewan Eropa. Sementara itu, Josep Borrell menjadi Kepala Kebijakan Luar Negeri Eropa.

Mengutip Antara, pada 5 Juli 2011, Lagarde menjadi direktur pelaksana IMF ke-11 dan wanita pertama yang memegang posisi tersebut. Ia terpilih untuk masa jabatan lima tahun kedua sebagai direktur pelaksana IMF yang dimulai pada 5 Juli 2016. Sebelumnya ia menjadi menteri keuangan Prancis pada 2007-2011.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bos IMF Prihatin dengan Perang Dagang yang Memanas

Sebelumnya, Pemimpin IMF Christine Lagarde menyuarakan keprihatinan kepada perang dagang yang kembali memanas. Ia menyebut hal itu mengancam perekonomian dunia.

"Jelas ketegangan antara Amerika Serikat dan China merupakan ancaman kepada ekonomi dunia," ujar Lagarde dalam acara Paris Forum Event seperti dikutip France 24.

Ia pun khawatir melihat twit Presiden Donald Trump, serta berbagai rumor yang ada, membuat kedua negara semakin jauh dari kesepakatan.

Dalam acara yang sama, Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire turut cemas akan perang dagang yang terjadi. Negosiasi antar AS dan China pun diharapkan bisa menjunjung kerja sama.

"Kami mengikuti dengan mendalam negosiasi yang terjadi antara China dan Amerika Serikat dan kami ingin mereka menghormati prinsip-prinsip transparansi dan multilateralisme," ujar Le Maire.

Dialog terkait perang dagang sempat terancam gagal karena Presiden Trump mendadak menaikkan tarif produk China yang masuk ke negaranya. Tarif 10 persen pada produk China senilai USD 200 miliar akan naik menjadi 25 persen.

Akan tetapi, pihak China menanggapi santai ancaman Trump. Delegasi China pun tetap akan bertolak ke Negeri Paman Sam untuk berdialog pada akhir pekan ini.

 

3 dari 3 halaman

Ketegangan AS Vs China Jadi Ancaman Ekonomi Dunia

Sebelumnya, Kepala Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde mengatakan, ketegangan perang dagang yang baru-baru ini mencuat kembali antara Amerika Serikat (AS) dan China bakal jadi ancaman utama bagi ekonomi dunia.

"Jelas ini akan jadi ancaman bagi ekonomi dunia," ujarnya di Paris seperti dilansir dari laman Reuters.

Chritine menambahkan jika isu yang mencuat baru-baru ini akan membuat kesepakatan antara AS dan China semakin sulit tercapai.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengagetkan pasal global dengan mengancam akan menaikkan tarif bea impor terhadap produk China sebanyak 25 persen dari semula 10 persen.  Trump menyatakan ancamannya ini melalui akun twitter pribadinya.

Bukan hanya IMF saja, bahkan Menteri Ekonomi Prancis Bruno Le Maire juga memperingatkan akan dampak dari perang dagang yang terjadi antara dua ekonomi terbesar dunia ini.

Selain itu, Le Maire juga meminta agar AS dan China untuk tidak mengambil keputusan buruk yang dapat mengancam serta merusak pertumbuhan ekonomi global dalam beberapa bulan mendatang.

"Menaikkan tarif ini merupakan jalan terakhir yang harusnya diambil. Namun ini juga menjadi keputusan yang begitu negatif untuk perkembangan ekonomi di seluruh dunia, bahkan juga di Eropa," ujarnya yang dilansir dari laman AFP.

China telah mengumumkan akan menghadirkan negosiator utamanya dalam perundingan esok di AS.

Sebelum ketegangan ini mencuat, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menyatakan jika perundingan antara AS dan China telah 90 persen menuju sepakat.

Namun sayang, kesepakatan final ini harus tertunda karena menurut AS, China telah mengingkari beberapa komitmen penting yang telah mereka buat selama berbulan-bulan ini.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.