Sukses

Bulog Impor 30 Ribu Ton Daging Kerbau di Semester II 2019

Direktur Pengadaan Perum Bulog Bachtiar akan kembali mendatangkan sebanyak 30.000 ton daging kerbau asal India pada semester II 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog akan kembali mendatangkan sebanyak 30 ribu ton daging kerbau asal India pada semester II-2019. Saat ini realisasi daging kerbau impor yang sudah didatangkan baru mencapai 20 ribu ton, dari izin yang diberikan pemerintah sebanyak 100 ribu ton.

"Ya nanti kita mau masuk 30 ribu ton lagi (daging impor kerbau)," kata Direktur Pengadaan Perum Bulog Bachtiar saat ditemui di Kementerian Perekonomian, Jakarta, Senin (1/7).

Bachtiar mengatakan dari jumlah 20 ribu ton yang sudah masuk  stok daging kerbau impor masih ada sekitar 1.000 ton yang tersebar di seluruh Gudang Divre Bulog daerah. Sementara dia memperkirakan dalam waktu dekat sekitar 200 ton akan tiba di DKI Jakarta.

 

"Sekitar 200 ton mungkin untuk Divre DKI (Jakarta) sekitara sini dulu," tambahnya.

Dia menambahkan penyerapan daging impor paling banyak pada hari-hari besar seperti pada Bulan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri. "Iya (penyerapan) sebelum lebaran sama pas lebaran. Kita sekarang (kebutuhan) yang mau datang," katanya.

Adapun harga jual daging impor India yang dilakukan Bulog kepada distributor Rp 57.750 per kg. Sementara pada distributor menjual ke pasar Rp 80 ribu per kg.

"Itu kan ada handling, sewa gudang. Untung dikit-dikit," ucapnya.

 

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ambil Alih Pangsa Pasar Daging Sapi

Sebelumnya, Pengusaha Daging dan Industri Makanan, Yustinus Sadmoko mengatakan saat ini penjual daging, khususnya daging sapi mendapatkan tantangan dengan kehadiran daging kerbau impor. Daging kerbau asal India tersebut, kata dia, telah mengambil alih pangsa pasar daging sapi.

"Ada kompetisi baru dari daging kerbau India. Dari 2017 diperkenalkan secara gencar dan volumenya besar cukup ambil alih pangsa pasar kita," kata dia.

Dia mengatakan banyak daging kerbau impor yang masuk ke pasar tradisional.

"Daging kerbau banyak yang bocor ke pasar tradisional, kan kerbau masuk ke distributor level satu. Begitu masuk ritel ke pasar kita tidak bisa pantau," ujarnya.

"Daging kerbau India mirip daging sapi. Kalau beli di pasar tradisional ada 50 persen kemungkinan kalau Jabodetabek itu daging kerbau. Kalau ambil yang sudah ditata ada kemungkinan daging kerbau," ungkapnya.

3 dari 3 halaman

Bulog Akui Harga Telur Ayam Sulit Dikendalikan

Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso menyebut ada beberapa komoditas pangan yang dianggap harganya sulit untuk dikendalikan pada saat Ramadhan dan Lebaran. Salah satunya yakni harga telur ayam.

"Saya bilang kemungkinan agak susah telur ya telur ayam," kata Buwas saat ditemui di Jakarta, Minggu (5/5/2019).

Meski sulit dikendalikan namun pihaknya telah memiliki sejumlah cara untuk menekan harga telur ditingkat pasar. Salah satunya dengan menggandeng para peternak ayam petelur untuk lakukan operasi pasar.

"Kita sudah berusaha karena kan peternak-peternak ayam petelur sudah siap juga sebetulnya. Kita sudah kerja sama kepada para peternak dengan petelur ayam dan perusahan besar petelur sudah siap. Kita sudah membeli untuk operasi pasar," katanya.

Di samping itu, Mantan Kepala BIN ini juga memastikan bahwa ketersedian stok bahan komoditas pangan lainnya terjamin. "Gula aman. daging ayam stok banyak, daging kerbau kita banyak," ujar pemimpin Bulog.

Sebelumnya, Buwas juga memastikan memastikan ketersediaan beras selama bulan Ramadan aman, bahkan hingga akhir tahun stok beras masih stabil.

"Kalau beras saya jamin Insya Allah sampai akhir tahun ini tidak akan ada impor, gitu loh. Nanti saya buktikan," kata Budi di Kompleks Istana Kepresidenan

Dia menyebut, hingga saat ini tercatat sudah ada 2,1 juta ton beras di gudang Bulog. Tidak menutup kemungkinan stok beras terus bertambah bila petani di sejumlah daerah di Tanah Air memanen padi.

"Ya pasti lah. Sampai sekarang beras kita enggak keluar tapi menyerap terus jadi nambah-nambah," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.