Sukses

Kemarau Datang, Petani Diminta Asuransikan Sawahnya Sebelum Ditanami

Petani padi didorong memanfaatkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) sebelum memulai menanam padi.

Liputan6.com, Jakarta Saat ini curah musim kemarau tiba, bahkan terjadi kekeringan di sejumlah daerah. Oleh karena itu, petani padi didorong memanfaatkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) sebelum memulai menanam padi.

Dengan membayar premi Rp 36 ribu/ha/musim, petani yang sawahnya terkena bencana banjir dan serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) dapat klaim (ganti) Rp 6 juta/ha bila mengalami gagal panen akibat kekeringan.

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, harga premi AUTP ini relatif sangat murah. Manfaatnya sangat besar bagi petani, terutama di musim kemarau seperti saat ini.

"Sebelum mulai menanam sebaiknya didaftarkan asuransi dulu. Bayarnya gak mahal, karena disubsidi Pemerintah. Petani yang sawahnya kekeringan dapat ganti Rp 6 juta per hektare," ujar Sarwo Edhy, Sabtu (28/6).

Menurut Sarwo Edhy, AUTP merupakan cara Kementan untuk melindungi usaha tani agar petani masih bisa melanjutkan usahanya ketika terkena bencana banjir, kekeringan atau serangan OPT. Karena AUTP menjadi program Kementan, premi asuransi tani tersebut sampai saat ini masih disubsidi pemerintah Rp 144 ribu per hektare.

"Kami harapkan semua petani padi bisa mendaftar sebagai anggota AUTP. Karena harga preminya murah dan sangat bermanfaat," ujarnya.

AUTP saat ini tak hanya diperuntukkan bagi petani yang lahan sawahnya berada di kawasan rawan bencana dan serangan OPT. Tetapi juga untuk petani yang lahan sawahnya aman dari bencana. Sebab, yang namanya bencana atau serangan OPT itu tak bisa diduga.

"AUTP ini akan terus kami sosialisaikan ke petani. Karena ini menjadi bentuk perlindungan kepada mereka dan saat ini sudah banyak petani yang menjadi anggota AUTP," papar Sarwo Edhy.

Data Kementan menyebutkan, jumlah petani peserta AUTP dari tahun ke tahun terus meningkat. Tercatat, dari target 1 juta ha, realisasi AUTP pada tahun 2018 tercapai 806.199,64 hektare, atau 80,62%. Sementara itu klaim kerugian yang diajukan petani mencapai 12.194 hektare atau sebesar 1,51%.

Sarwo Edhy mengatakan, pengembangan AUTP pun tak menemui banyak kendala. Artinya, pembayaran klaim yang dilakukan PT Jasindo sampai saat ini berjalan lancar.

Bahkan, untuk mempermudah pendaftaran dan pendataan asuransi, Kementan bersama PT Jasindo menerbitkan layanan berbasis online melalui Sistem Informasi Asuransi Pertanian (SIAP).

Untuk informasi, Hasil pemantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan hingga tanggal 20 Juni 2019 dan prakiraan peluang curah hujan sangat rendah (< 20 mm/10 hari), telah terjadi hari tanpa hujan (HTH) berturutan pada beberapa wilayah yang berdampak pada potensi kekeringan meteorologis (iklim) dengan status SIAGA hingga AWAS di beberapa daerah.

Status AWAS (telah mengalami HTH >61 hari dan prospek peluang curah hujan rendah <20mm/dasarian pada 20 hari mendatang >80% ). Terjadi di sebagian besar Yogyakarta- Jawa Timur (Sampang dan Malang), Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat (Indramayu), dan, Bali (Buleleng).

Sedangkan status SIAGA (telah mengalami HTH >31 hari dan prospek peluang curah hujan rendah <20mm/dasarian pada 20 hari mendatang >80%) terjadi di Jakarta Utara, Banten (Lebak dan Tangerang), Nusa Tenggara Barat dan sebagian besar Jawa Tengah.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini