Sukses

Harga Minyak Merosot Jelang Pertemuan Presiden AS-China di KTT G20

Harga minyak melemah menyambut akhir pekan, tetapi membukukan kenaikan mingguan berturut-turut.

Liputan6.com, New York - Harga minyak melemah menyambut akhir pekan, tetapi membukukan kenaikan mingguan berturut-turut jelang pembicaraan perdagangan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.

Selain itu, pengurangan produksi yang diperkirakan dari OPEC. Harga minyak Brent berjangka untuk kontrak September yang paling aktif turun 93 sen menjadi USD 64,74 per barel.

Harga minyak Brent untuk pengiriman Agustus stabil di posisi USD 66,55 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah 96 sen menjadi USD 58,47 per barel.

Harga minyak Brent membukukan kenaikan lebih dari 20 persen pada paruh pertama 2019. Sementara itu, harga minyak WTI menandai kenaikan lebih dari 25 persen.  Kedua kontrak harga minyak juga mencatat kenaikan mingguan kedua berturut-turut.

Harga minyak turun seiring investor mengukur posisi sebelum pertemuan G20 akhir pekan ini yang dapat memberikan arah bagi pasar.

Para pemimpin negara-negara G20 bertemu pada Jumat dan Sabtu di Osaka, Jepang. Akan tetapi, pertemuan paling diantisipasi antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada Sabtu pekan ini.

Perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia ini telah membebani harga, mendorong kekhawatiran melambatnya pertumbuhan ekonomi dapat mengurangi permintaan minyak.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menanti Pertemuan OPEC

Trump berharap, untuk pembicaraan yang produktif dengan Presiden China. Akan tetapi, ia menuturkan tidak membuat janji tentang penangguhan hukuman dari kenaikan tarif.

Organisasi Negara-Negara Pengekspor minyak (OPEC) dan beberapa non anggota termasuk Rusia dikenal sebagai OPEC + akan mengadakan pertemuan pada 1-2 Juli di Wina, Austria untuk memutuskan apakah akan memperpanjang pemangkasan produksinya.

"Anda memiliki aksi jual sebelum pertemuan OPEC dan non OPEC pada Senin. Itu sepenuhnya diharapkan akan menghentikan penurunan produksi," ujar Andrew Lipow dari Lipow Oil Associates, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (29/6/2019).

“Akan tetapi ironisnya mereka melakukan itu karena mereka melihat perkiraan pertumbuhan permintaan minyak direvisi turun dan itu berkontribusi kalau kita tetap kelebihan pasokan,” ujar dia.

Rusia memangkas produksi minyak pada Juni, sedikit lebih dari yang dibayangkan dalam kesepakatan OPEC+. Anggota OPEC+ sepakat untuk mengekang produksi minyak sebesar 1,2 juta barel per hari mulai 1 Januari.

3 dari 3 halaman

Jumlah Rig Bertambah

Harga minyak bisa terhenti karena ekonomi global yang melambat menekan permintaan dan minyak mentah AS membanjiri pasar, meskipun diperkirakan ada perpanjangan oleh OPEC dan sekutunya dari fakta pemotongan produksinya.

Survei terhadap 42 ekonom dan analis memperkirakan rata-rata harga minyak Brent berada di posisi USD 67,59 per barel pada 2019, turun dari perkiraan USD 68,84 pada Mei. Ketegangan antara AS dan Iran juga telah membuat pasar gelisah.

Seminggu setelah Trump membatalkan serangan udara ke Iran pada menit terakhir, prospek Teheran dapat segera melanggar komitmen nuklirnya telah menciptakan urgensi diplomatik tambahan untuk menemukan jalan keluar dari krisis.

Rekor produksi minyak mentah AS juga membatasi harga minyak. Produksi minyak mentah AS pada April naik ke rekor bulanan baru melampaui 12 juta barel per hari, berdasarkan laporan pemerintah pada Jumat pekan ini.

Perusahaan energi AS minggu ini meningkatkan jumlah rig minyak yang beroperasi selama dua minggu berturut-turut, menjadikan totalnya 793.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.